Padahal targetnya belum tercapai. Tapi gue udah gatel mau updet 😅
Nih gue kasih. jangan lupa vote & komen. yang views banyak tp yg vote & komen sedikit.
jadi nggak semangat ngelanjutnya tauuu😩
#staysafe
#stayhealthy
#stayathomeHappy Reading
Aku tengah membereskan barang-barang yang telah diturunkan Razi dan Mas Dewa dari mobil.
Akhirnya kami tiba di villa milik Razi. Mama dan Papa yang tadinya nggak ada rencana ikut jadi ikut. Aku hanya bisa mendengkus melihat kelakuan pasangan kakek-nenek yang nggak tahu situasi selalu bermesraan.
Selama di perjalanan tadi keduanya sibuk bermesraan di belakang. Mama dan Papa satu mobil denganku dan Razi. Razi hanya tertawa saja.
"Mbak, bumbu barbeque tadi di mana ?" aku bertanya pada Mbak Naya yang sedang merapikan aneka snack ke dalam kulkas dan lemari.
"Udah gue masukin kulkas, Dek. Tenang aja." jawabnya.
"Kirain ketinggalan di mobil."
Mbak Naya tersenyum.
"Mbak, nggak kangen Mas Langit ?" aku perhatikan sejak Mas Langit pergi, Mbak Naya terlihat lebih kurus terus kalo aku main ke rumahnya dia sering melamun.
"Eh gimana sama bos lo, Dek ? Kok nggak pernah cerita lagi sih."
Aku memang sering curhat mengenai Pak Radi dengannya dibanding dengan sahabat atau kakak-kakakku. Mbak Naya lebih banyak mendengarkan.
Ah sepertinya dia ingin mengalihkan pembicaraan. Baiklah mungkin dia belum mau bercerita padaku.
"Gue mau move on deh, Mbak." ucapku.
"Hah ? Kok gitu ? Cerita dong sama gue."
"Di kamar aja yuk. Males ih banyak orang mau cerita."
Tak jauh dari kami ada Mbak Nou dan Mas Dewa yang sedang mengupas buah-buahan. Di depannya ada Razi yang sedang bermain game di ponselnya. Papa dan Mama tidur bersama Lulu.
Aku dan Mbak Naya pun masuk ke kamar yang akan kami berdua tempati.
"Waktu itu gue nggak sengaja nguping sih sebenarnya."
Mbak Naya yang duduk di kasur menanti kelanjutan ceritaku.
Lalu kuceritakan obrolan Pak Radi dan Valdo yang akhirnya kuketahui bagaimana sesungguhnya perasaan Pak Radi padaku.
Mbak Naya bilang aku hanya mendengar separuh apa yang dikatakan Pak Radi itu sama saja menyakiti hatiku sendiri karena belum mendengar alasannya. Ya kuakui aku memang mendengarnya separuh, kedekatanku dengannya telah aku asumsikan sebagai rasa yang lain jadi saat dia menganggap aku hanya seperti adiknya membuatku kaget dan sakit hati.
***
Sorenya Mbak Nou memesan pizza. Katanya dia sedang ingin memakan pizza. Mas Dewa sempat melarang tapi Mama membolehkan karena sejak kemarin Mbak Nou muntah dan nggak mau makan. Akhirnya Mas Dewa membiarkan selagi Mbak Nou mau makan.
"Mbak Nay, fotoin gue dan Tita dong." pinta Razi.
Aku meminta Mbak Naya memotret dengan menggunakan kamera ponselku.
Aku dan Razi pun berpose dengan pizza di depan kami. Seolah olah dua box pizza kami yang menghabiskan.
"Udah lama kita nggak foto bareng ya, Zi. Gue upload ah." ujarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...