Haaaiiii lama tak bersuaa !
Nih updet.
Maap yak lamaaa banget updetnya. Gue sibuk banget, kerjaan numpuk puk puk.Sebenernya mau updet 3 kali bulan ini dalam rangka hari lahir akyuu. Dan mau updet tepat di hari ultah gue tgl 23 kmrn. Tapi apa daya nggak bisa 😭
maapin yak kalo sekarang updetnya lama.
Btw ini mau ending, gue agak bingung endingnya kayak gimana hahaha.
Happy Reading
CUP...
MUAAAHH...
Dia menyudahi ciumannya padaku.
Hayoo tebak siapa yang cium aku ?
"Bunda, tangannya masih sakit ya ?"
Nah ini pelakunya, Lulu.
Jadi, dia baru bisa menjengukku karena Lulu sempat demam.
Aku sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Jadi, sekarang aku sedang duduk di sofa ruang tengah rumah Papa.
"Iya, sayang. Masih sakit."
"Nanti Lulu mau bobo sama Bunda ya, Daddy ?" Lulu menatap Mas Dewa penuh permohonan.
"No, sayang. Tangan Bunda masih sakit."
Lulu pun mengerucutkan bibirnya.
"Nanti kalo tangan Bunda udah sembuh, bobok sama Bunda lagi ya, sayang." Aku mengecup puncak kepalanya.
Lulu pun mengangguk walau dengan bibir yang masih mengerucut.
Malam ini semuanya menginap di rumah Papa. Ada Mas Dewa beserta istri dan anaknya. Ada Mas Langit, Mbak Naya, Razi, dan Valdo.
"Tangan kamu masih sakit, Ta ?" Nah ada dia juga nih. Mas Radi juga menginap dan mengajak Rania. Sedari tadi menatapku khawatir pasalnya aku mau ikutan nonton bola juga.
"Udah Mas tenang aja. Kalo sakit, aku pasti bilang kok." kataku menenangkannya.
"Ck ! Kamu itu harusnya banyak istirahat eh ini malah ikutan nonton bola." gerutunya.
Mas Radi dengan perlahan menarikku agar mendekat padanya.
"Ih aku udah lama nggak nonton bola tau, Mas. Apalagi ini yang main klub bola favorit aku."
"Pokoknya kalo udah ngantuk bilang ke Mas."
"Siap laksanakan baginda raja." jawabku lalu terkekeh.
Tak berapa lama, Lulu sudah terlelap di dalam lautan mimpi. Sementara kami masih menonton pertandingan yang telah dimulai sejak dua puluh satu menit yang lalu.
Hanya Mama, Papa, Lulu dan Mbak Nou yang tidak ikut menonton jalannya pertandingan. Mereka sudah tertidur.
Di ujung sofa, Mas Dewa memeluk bantal sofa sambil meminum softdrink. Rania sibuk dengan ponselnya di ujung sofa satunya lagi. Sementara Razi dan Valdo duduk di bawah di atas karpet mengganggu Mas Langit yang sedang makan kuaci yang telah dikupas kulitnya oleh Mbak Naya.
Aku hanya mengggelengkan kepala melihat kelakuan mereka yang seperti anak kecil.
Mbak Naya udah cocok jadi istrinya Mas Langit. Dia itu udah paham banget apa aja yang Mas Langit suka dan nggak suka. Tapi Mbak Naya nampaknya masih ragu. Ah misiku lumayan sulit juga.
"Udah Nay, nanti lagi. Yang udah kamu kupas diabisin sama dua kunyuk nih. Aku cuma makan sedikit." Mas Langit mengadu pada Mbak Naya seperti anak kecil. Ck ! Itu badan segede kapal laut masih aja manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...