Holaaa ketemu sama gue yang udah setia jadi active reader selama kurleb 3 tahun. Akhirnya gue realisasikan isi otak gue. Gue masi belajar nulis yaa guys. Jadi kalo ada salah penulisan mohon dimaafkan terus tandain yg salah dimana yaa guys. Gue masih pemula. Masih butuh kritik & saran. Ini cuma 1072 kata tanpa cuap- cuap.
Cusss selamat membaca!
Happy Reading!
(tertanda calon istri Pangeran Fazza)
"Assalamu'alaikum semuaaaaa. Selamat pagi wahai para single yang insyaAllah pasti nikah."
Aku menyapa teman-teman satu divisi di kantorku yang sudah tiba di kantor. Divisi Retail Engagement Executive ini rata-rata penghuninya laki-laki, hanya ada 4 orang yang perempuan termasuk aku.
"Wa'alaikumsalam wahai adinda Tita." Itu suara Valdo.
Dia satu jurusan denganku sewaktu kuliah dan satu angkatan. Kalian mau tau ga, kalau Valdo ini memiliki begitu banyak uban di kepalanya.
Kadang-kadang Valdo dipanggil 'kakek' oleh kami karena dia sudah beruban.
"Selamat pagi Tit." Itu suara Gandi.
"Plis Gan udah gue bilang berapa kali coba jangan panggil gue 'tit' nanti dikira lo ngomong jorok atau nanti nama gue dikira sensor harus banget kayak bunyi 'tiiiittt' kan nggak enak dengernya Gan."
Aku menggerutu. Gandi selalu tergelak setiap aku protes dengan caranya memanggil namaku.
"Masih pagi misuh-misuh mulu neng. Kalo ga sama Valdo ya sama Gandi. Nanti Putra dateng berantem juga. Giliran salah satu ga masuk kerja merasa kehilangan."
Nah kalo ini Bang Ridwan, sesuai dengan umurnya dia selalu menjadi penengah kami.
Bang Ridwan sudah menikah dan memiliki dua anak. Aku ga heran kalo Bang Ridwan masi ada di The Bujang's padahal dia udah ga bujang lagi hahaha.
Bang Ridwan selalu menasehati kalau kami bercanda berlebihan atau bertengkar. Apalagi kalau kami lagi julid.
"Btw Putra mana Bang ?" tanyaku.
"I'm here darling baby Tita." Sahut Putra.
Ini dia Putra salah satu seniorku juga selain Bang Ridwan. Putra ini playboy ulung, mantannya bejibun.
Kalo ketemu di kondangan ceweknya ganti mulu tiap minggu. Awal aku masuk dulu Putra pernah 'nembak' aku.
Tapi mohon maaf aku nggak suka playboy makanya aku menolak Putra.
Jadi, waktu Putra menanti jawaban untuk menjadi pacarnya aku jawab "Sorry bro, lo cuma gue anggep kodomo." Kataku.
"Kok kodomo Ta ?" tanya Putra.
"Iya, soalnya lo cuma teman baikku."
Jadi ga heran kalo sampe sekarang dia masih sering panggil aku baby, darling, sweety, sweetheart.
Aku menengok ke kubikel di sebelah kananku terlihat Ridho terdiam di kubikelnya. Kebiasaan pagi dia nunggu briefing sambil main game Hayday di smartphonenya.
Alasan dia main Hayday ketimbang Mobile Legend karena dia lulusan sarjana peternakan tapi gagal jadi peternak ya lebih baik ilmunya diaplikasikan ke game saja.
"Woy calon pengusaha ternak udah minum susu belum." Tanyaku.
"Susu apa dulu Ta ?" tanyanya tanpa menatapku.
"Kalo susu sapi segar gue selalu minum tiap pagi. Kalo susu yang ada di dada belum, soalnya kemaren ga ketemu yang punya susu di dada." Jawabnya.
Kulempar dia dengan gumpalan kertas yang ada di mejaku. Ridho kalo ngomong suka kotor sama kayak isi otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...