10. Kuliner Da(te)y

9K 928 47
                                    

Sorry, pardon, mianhae, gomena!

Maapin lamaa banget updetnya ya

langsung aja dinikmati

Eh tapi jangan lupa share cerita ini ke teman-teman kalian ya

Happy Reading!

"Ta, kok diem aja ?" tanya Pak Radi

Akibat insiden salah paham tadi, aku hanya diam dan mengalihkan pandanganku ke jalanan selama di perjalanan.

Sebenarnya aku malu. Siapa yang nggak malu coba kalau kalian mengalami hal memalukan seperti itu. Udah siap-siap mau dicium eh nggak taunya cuma dipasangkan seatbelt.

"Lagi males ngomong." Jawabku.

"Kamu marah sama saya ?" tanyanya.

"Saya nggak marah sama Bapak. Tapi saya tuh malu." Pak Radi tergelak.

"Kamu tuh lucu ya, Ta." Aku cemberut. Lucu dari mananya coba emang aku ini pelawak apa.

"Tuh kan pake cemberut segala." katanya sambil tertawa dengan keras.

"Ya kirain Bapak mau kisseu-kisseu saya, Pak." Sahutku.

"Ngarep banget kamu ya, Ta." Pak Radi menyeringai jahil. Emang ya, di mana-mana jujur salah bohong lebih salah.

"Itulah hidup, Pak. Deritanya tiada akhir di-PHP mulu soalnya." Pak Radi tertawa.

"Cu Pat Kay banget kamu, ya. Lagian kata Cu Pat Kay, derita yang tiada akhir itu cinta bukan hidup. Kamu tuh ganti-ganti slogannya aja."

"Abis kalo cinta itu mainstream, Pak. Perjalanan hidup lebih berat daripada cinta."

"Curhat, Bu ?" Pak Radi yang masih menyetir, melirikku sekilas sambil menyeringai.

"Dikit, Pak." Jawabku.

Akhirnya kami tiba di taman dekat tengah kota yang baru diresmikan oleh pak walikota seminggu yang lalu.

Pak Radi segera memarkirkan SUV-nya. Terlihat padatnya mobil maupun motor yang parkir.

Ternyata sore nanti akan ada festival food yang telah hadir sejak tiga hari yang lalu dan akan berakhir besok.

Beruntung beberapa spot foto masih bisa digunakan karena ada beberapa spot untuk foto yang tertutup tenda dan booth untuk festival food. Beberapa spot fotonya dihias dengan mural art. Mungkin ini juga menjadi salah satu daya tariknya.

"Lumayan rame juga ya Pak siang begini." Kataku.

Pak Radi mengangguk. "Masih baru, Ta. Animo masyarakat masih antusias karena penasaran."

"Bener, Pak. Nanti udah sebulan atau dua bulan udah beda pasti. Kemungkinan spot foto bagus begini bisa dicoret-coret sama oknum yang nggak bertanggung jawab. Cuma bisa merusak dan bikin kotor aja tapi nggak mau menjaga."

Kami pun berkeliling untuk melihat-lihat. Ternyata tak hanya tempat untuk rekreasi, tapi di taman itu juga ada lapangan basket, futsal, voli, dan bulutangkis.

Aku dan Pak Radi sesekali berfoto. Aku meminta Pak Radi memfotoku dengan salah satu background mural art.

Aku pun memfoto Pak Radi juga yang awalnya ia nggak mau difoto akhirnya dia mau juga difoto walaupun terpaksa haha.

Hasil bidikan Pak Radi ternyata bagus juga. Aku rasa kalau dia resign, bisa buka usaha studio foto.

Setelah berkeliling, aku dan Pak Radi duduk di salah satu kursi yang disediakan di bawah pohon. Pak Radi membeli dua botol air mineral dan memberikannya satu kepadaku.

Titanium (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang