37. Memaafkan

5.4K 584 33
                                    

Halooo...
Maaf ya udah lamaaaa banget nggak updet.

Nih postingan pertama di tahun 2021.
Kalo masih nungguin cerita ini silakan baca, vote, komen.

kalo udah ga minat baca gpp. makasih udh baca ceritaku yg nggak seberapa ini.

kalo kalian lupa ceritanya bisa diulang lagi (kalo mau sih😂)

dah gitu aja. enjoy it. spesial buat yang selalu nungguin cerita ini.

(banyak typo. koreksi yaw. editnya ntar aja kalo tita udah tamat 😂😛)

HAPPY READING

Beberapa bulan kemudian...

"Mas, undangannya tadi ada di tas aku atau di tasnya Mas ?" tanyaku.

"Tadi Mas masukin ke tas kamu, Ta." jawab Mas Radi.

Aku dan Mas Radi baru tiba di parkiran Geezer. Kami sudah janjian untuk bertemu dengan Reno dan Winda.

Aku dan Mas Radi pun memasuki Geezer karena Reno dan Winda sudah tiba lebih dulu.

Bersyukur Mas Radi jauh lebih santai jika bertemu dengan Reno sekarang. Mungkin karena dia telah menyelamatkanku. Dan juga karena Reno sudah menikah dengan Winda.

Reno menikah dengan Winda sebulan yang lalu. Saat itu aku dan Mas Radi tidak bisa datang karena kami ada acara gathering. Tadinya aku mau datang dan berniat untuk tidak mengikuti gathering  tapi Mas Radi melarang. Akhirnya aku hanya mengirim kado pernikahan saja.

Mas Langit dan Razi nggak mau mewakili aku karena masih kesal dengan perlakuan Reno padaku dulu. Ck, padahal aku sudah biasa saja.

Oh iya ngomong-ngomong tanganku sudah pulih kembali walau kadang masih sering ngilu dan masih harus kontrol ke dokter.

Fancy ...you

nuga meonjeo johahamyeon eottae

Fancy...you

jigeum neoegero gallae

Lagu Fancy milik Twice menyapa kami saat membuka pintu masuk Geezer.

Ah pasti si Dinda yang putar lagu ini. Gadis itu lucu, berani mendebat seorang Razi. Padahal Razi adalah bosnya. Razi sampai kehabisan kata-kata jika berdebat dengan Dinda.

Aku dan Mas Radi mendekat ke counter minuman untuk memesan minum. Dinda yang melihat kehadiranku terkejut lalu tersenyum dengan lebar.

"Selamat datang di Geezer. Halo, Mbak Tita apa kabarnya ?" sapanya dengan ramah seperti biasa.

"Baik Din, gue pesan brown sugar fresh milk satu, ya. Ehm Mas mau pesen yang mana ?" aku menoleh ke samping di mana Mas Radi berdiri di sebelahku.

"Samain aja dengan punya kamu."

"Oke. Din, brown sugar fresh milk-nya jadi dua, ya." pesanku.

Dinda mengangguk lalu dengan cekatan meracik minuman pesananku.

"Sesuai instruksi Bos Razi, kalo Mbak Tita datang pesanannya gratis." ujar Dinda sambil meletakkan 2 minuman pesananku yang telah diraciknya.

Aku tertawa melihat tingkahnya.

"Oke, jadi gratis ya. By the way Razi ada di dalam ?" tanyaku.

"Ada, Mbak. Lagi mode galak dia. Eh tapi dia mah emang galak bawaan lahir, Mbak. Pusing gue tiap hari liat dia marah-marah." keluh Dinda.

Tawa Mas Radi pecah seketika mendengar keluhan Dinda. Aku hanya geleng kepala. Cuma Dinda yang berani begini. Semua karyawan Razi pada patuh, nggak ada yang kayak Dinda.

Titanium (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang