spesial updet buat kalian yang masih setia membaca cerita recehku.
Oh iya maafin yak kalo part sebelumnya gue publis ulang soalnya ada yang DM katanya nggak muncul part itu.
Udah gitu aja.
Jangan lupa vote, komen, dan sedia tisu untuk dibejek-bejek (apaan dah bahasa gue😂)
Happy Reading
Aku sudah muak dan lelah meladeni semua teror dari dia. Aku ingin segera menyelesaikannya tanpa semua orang harus tahu.
Dia adalah Guntur. Pak Guntur kami memanggilnya dulu. Dia seorang kepala desa di mana aku melaksanakan KKN ketika kuliah.
Awalnya dia begitu baik dengan kelompok KKN aku. Dia selalu membelikan kami makanan, meminjamkan motor, dan lain sebagainya.
Pak Guntur saat itu menjabat kepala desa dengan usia yang tergolong masih muda, 31 tahun.
Dia sering mengirimku pesan menanyakan keadaan kelompok kami. Tapi semakin lama dia melewati batasannya seperti menanyakan aku sedang apa, sudah makan atau belum, atau pesan-pesan perhatiannya yang mengatakan jangan tidur terlalu malam. Bodohnya aku nggak menyadari hal itu.
Aku sempat berpikir buruk tentangnya tapi aku menepis semua itu. Mungkin saja dia memang tipe orang yang menunjukkan perhatiannya seperti itu. Apalagi dia perangkat desa dan bertanggung jawab dengan kenyamanan dan keamanan kami. Dia juga sudah memiliki istri dan anak.
Awalnya aku sering membalas semua pesan perhatiannya. Sampai aku merasa kalau semua itu salah. Aku nggak boleh meladeni semua perhatian dia. Aku pun hanya sekedar membalas beberapa pesannya dengan bahasa yang formal sebagai bentuk menghormatinya menjadi kepala desa.
Dia sering menatapku dengan tatapan yang berbeda dan membuatku risih. Apalagi saat itu aku tidak satu kelompok dengan Razi atau Valdo. Kami bertiga berbeda kelompok.
Saat itu aku dan Bimo, teman KKN-ku, bertamu ke rumah Pak Guntur untuk menyerahkan data penduduk yang telah kami sensus karena besok adalah hari terakhir kami KKN dan pulang ke rumah masing-masing.
Bimo tiba-tiba izin ke kamar mandi untuk buang air kecil. Tinggal lah aku dan Pak Guntur berdua di ruang tamu.
Tiba-tiba Pak Guntur duduk mendekat padaku. Dia bilang bahwa dia menyukaiku. Dia memegang kedua tanganku yang langsung aku tepis. Berulang kali hingga saat dia sudah mengukung tubuhku, istrinya datang lalu menjambak rambutku. Istrinya mengataiku jalang murahan lalu menampar wajahku.
Bimo yang baru selesai dari buang air kecil terlihat panik dan menarikku agar terhindar dari amukan istri pak kades.
Ketua kelompok KKN kami, beserta induk semang dan pak RT bermusyawarah dengan Pak Kades beserta istrinya agar masalah ini tidak usah diperpanjang apalagi sampai terdengar pihak kampus. Mengingat KKN kami telah selesai besoknya.
Saat ini aku sedang menunggu Pak Guntur. Ah sepertinya terlalu sopan memanggilnya dengan sebutan 'Pak'. Guntur memintaku untuk bertemu dengannya.
Tak lama dia datang dengan memakai seragam karyawan di salah satu perusahaan yang aku ingat milik orang tua Reno.
Dia dengan arogannya duduk di kursi yang ada di depanku.
"Pergi dari kehidupan saya. Jangan ganggu saya lagi."
Aku nggak mau basa-basi menawarkan dia ingin minum apa. Aku nggak mau berlama-lama tatap muka dengannya. Aku ingin ini semua cepat selesai.
"Semakin dewasa kamu semakin menarik perhatianku." katanya dengan senyum menyebalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...