Holaa !!
Seperti janjikuh padamuh updet pas weekend. Yaa walaupun ini udh lewat weekend. Maafkan dakuuu. Karena ada All England draf ini jd terbengkalai.Alhamdulillah The Daddies menang yeeaaayyy🎉🎉🎉 bahagia akutuh 😍 Kenapa babah makin ganteng aja ya (laki orang woy!) 😂
oh iya yg blom vote di webcomics plis bgt vote ya😢😢
yang udah vote, makasih banyak udh meluangkan waktu dan kuota beberapa detik😄Kuminta votenya masih 150 aja. begitu udah 150, gue updet langsung guys!
HAPPY READING !!!
Keesokan paginya, aku dan Razi jogging mengelilingi komplek. Setelah mengelilingi komplek sebanyak tiga kali, kami memutuskan untuk mencari bubur ayam yang setiap hari selalu mangkal di taman komplek.
Mang Urip, penjual bubur ayam ini sudah kenal dengan kami. Pasalnya setiap aku dan Razi jogging pasti selalu ke tempat ini.
"Jadi, lo udah pernah jalan berdua sama bos lo itu, Ta ?" tanya Razi.
"Iya. Tapi dia yang maksa sih sebenernya."
"Dipaksa tapi lo pasrah gitu. Senang banget kayaknya." Cibir Razi.
"Jelas senang lah. Kapan lagi gue jalan sama cowok ganteng, Zi." Aku menyeringai.
Razi menoyor kepalaku. "Pea lo."
"Rejeki anak sholehah jangan ditolak." Aku tertawa, Razi mendengkus.
Saat aku menyuap bubur ke mulutku, ada pembeli yang datang. Tiba-tiba Razi berbisik kepadaku.
"Buset dah mau olahraga apa mau kencan yak itu orang ?"
Dengan suara sekecil mungkin aku berkata,"kenapa emangnya ? Nggak papa lah dia pake parfum sampe wangi kan biar nggak bau."
"Lo mau tau nggak kenapa ada cowok yang begitu."
"Kenapa emang ?"
"Biasanya nih ya, cowok yang suka begitu tuh belom mandi dua atau tiga hari."
Uhuk uhuk.
Aku yang sedang menyuap bubur, tersedak. Buru-buru aku meminum air mineral botol hingga tandas setengahnya.
"Sialan ! Jorok banget sih, Zi." Razi terkekeh.
"Sorry sorry."
"Lagian teori dari mana itu ? Suka ngarang ah lo mah."
"Teori gue lah. Soalnya gue pernah begitu. Mandi parfum." Katanya sambil tertawa.
"Jangan-jangan lo belum mandi dari kemarin ya ?" Aku menyipitkan mata.
"Enak aja. Ya nggak lah. Udah mandi gue." Katanya sambil mengibaskan tangan.
"Udah sana bayar dulu. Gue mau pulang."
"Eh kok jadi gue yang bayar ?"
"Lo kan bos, uangnya banyak nggak kayak gue yang cuma kacung."
"Kampret !" Aku tertawa.
Razi pun membayar dengan terpaksa pesanan kami tadi pada Mang Urip. Setelahnya kami pulang ke rumah.
***
"Lulu di mana, Ma ?" tanyaku.
Setelah sampai di rumah, aku membersihkan diri. Kemudian aku menghampiri Mama yang tengah duduk di sofa ruang TV dan duduk di samping Mama. Razi pergi ke kafenya setelah membersihkan diri.
Mama menjawab, "Ikut Dewa dan istrinya belanja bulanan."
"Pantesan sepi. Kangen deh dengan Lulu kemarin nggak ketemu seharian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...