Yang belum tidur, nih baca dulu.
Dasar pada bucin sama Radi. part kmrn tumben bgt tembus 200 vote. Demen kalian yak baca begituan 😂
part ini agak absurd deh menurut gue 😅
jangan lupa vote & komen, terus tandain kalo ada typo.
silakan dibaca~
#stayhealthy
#staysafe
#stayathomeHappy Reading
Aku terkejut saat berbalik setelah menutup pintu toilet.
Pak Radi berada di depanku. Aku terkesiap saat tiba-tiba dia memelukku dengan erat.
"I really miss you."
Bibirnya yang menyentuh leherku saat bicara membuat aku meremang.
Kakiku seketika jadi lemas.
Aku mencoba melepaskan dekapannya tapi yang ada Pak Radi jadi semakin erat memelukku.
Akhirnya aku hanya pasrah tapi tidak membalas pelukannya.
DUK !!
"Aduh !"
Pak Radi seketika melepaskan pelukannya saat mendengar suara benda terjatuh.
Aku dan Pak Radi sama-sama menengok ke sumber suara yang akhirnya membuat Pak Radi melepaskanku.
"Eh anuu sorry gue mau taruh kotak makanan ini aja kok. Lanjutin lagi aja pelukannya. Gue beneran nggak lihat."
Mbak Naya meringis pelan.
Setelah mengatakan itu, Mbak Naya langsung berlari keluar dapur kembali ke halaman belakang.
Aku pun berniat kembali ke halaman belakang tapi tanganku dicekal Pak Radi.
"Kamu kenapa sih, Ta ? Saya ada salah sama kamu ? Kamu udah janji nggak akan jauhi saya." tanyanya sambil protes.
"Bapak bisa nggak kalo nggak peluk dan cium saya ?" aku membalas pertanyaannya dengan pertanyaan.
Dia hanya diam sambil menatapku.
"Kok nggak dijawab ? Kalo gitu nggak usah dekat-dekat saya lagi. Kita cuma rekan kerja kalau Bapak lupa. Rekan kerja nggak ada yang pelukan atau cium dahi."
Aku melihat rahangnya mengeras dan menatapku tajam.
Setelahnya aku meninggalkan dia sendirian untuk kembali ke halaman belakang.
"Dek, sini. Tante Ayu nanya resep masakan yang kamu buat." Mama memanggilku untuk mendekatinya dan ibunya Pak Radi.
Aku pun menghampiri kedua ibu itu dan memberikan resep makanan yang Tante Ayu minta. Tante Ayu juga mengajakku masak bareng di rumahnya jika aku ada waktu luang.
Setelah selesai aku mendekati meja yang terdapat makanan dan mengambilnya sesuai porsiku.
Saat aku duduk dan menikmati makananku, aku melihat Rania yang tengah menatap Razi lekat-lekat. Sepertinya gadis itu menyukai Razi.
Aku melanjutkan lagi memakan makananku. Mbak Naya menghampiriku dan duduk menemaniku makan.
"Ehem..." Mbak Naya berdeham agak kuat. Aku tau sebenarnya dia tengah menggodaku.
"Kenapa Mbak ? Haus ? Tuh minum punya gue." Aku menunjukkan gelas berisi air mineral yang telah kuisi penuh di dalam gelas.
Mbak Naya berdecak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...