Hai hai haaaaiiii
Nih updet nih. Udah gatel updet dari kemarin sebenernya. Drafnya udah ready dr kmrn tapi part 17 & 18 (kalo ga salaah) votenya tinggal dikit lagi 200.
Oh iya sampe lupa.
Marhaban yaa Ramadhan. Selamat puasa bagi yang menjalankan.
Inget, jangan lupa pake masker kalo keluar rumah. cuci tangan yang bersih. makan-makanan yang bergizi. istirahat yang cukup. biar puasanya lancar.
udah gitu aja.
RAMADHAN KAREEM.
HAPPY LABOR DAY.
STAY SAFE.
STAY AT HOME.
STAY HEALTHY.Happy Reading
Aku nggak tahu apa nama hubunganku sekarang dengan Pak Radi. Sejak malam itu, Pak Radi makin dekat denganku.
Mungkin karena dia pria yang 'matang' jadi istilah pacaran nggak ada dalam kamus dia. Aku juga nyaman dengan kebersamaan kami sekarang walaupun kami nggak berpacaran.
Aku dan dia jadi sering menghabiskan waktu bersama. Pak Radi sering menjemputku untuk berangkat ke kantor bersama. Begitu juga dengan pulangnya. Makan siang di kantor pun selalu bersama. Kadang saat mengantarku pulang, Mama dan Papa mengajak Pak Radi untuk makan malam bersama.
Kalau aku lembur, pasti dia menemaniku. Kadang dia juga membantuku menyelesaikan tugasku atau dia hanya menemaniku sambil mengerjakan tugasnya.
Saat weekend kadang aku main ke apartemennya atau dia main ke rumahku.
Kini aku tengah bergelung di sofa ruang tengah rumah Mas Dewa, perutku rasanya sakit sekali. Rasa sakit yang hanya dirasakan oleh wanita tiap bulannya. Ya, aku sedang datang bulan.
Padahal aku ingin membantu Mbak Nou dan Rania menyiapkan makanan. Tapi perutku benar-benar nggak bisa diajak kompromi.
Mas Dewa mendapat banyak ikan dari tetangga sebelah dan dia ingin makan ikan bakar. Duh yang hamil siapa tapi yang ngidam siapa.
Mas Dewa mengundang Pak Radi dan juga Rania. Razi dan Valdo tak ketinggalan diajaknya.
Razi yang dari halaman belakang menghampiriku.
"Ta, masih sakit ?" Razi menatapku khawatir.
Aku mengangguk pelan. Sungguh perutku sangat sakit.
"Makan coklat ya atau es krim ? Gue beliin sekarang nih."
Aku menggeleng. Perut sakit begini aku nggak mood untuk makan.
"Duh gue bingung deh kalo lo udah begini." Razi menggaruk kepalanya.
"Udah gue nggak papa. Besok juga mulai reda sakitnya." Aku menenangkannya.
Aku tuh kalo lagi datang bulan memang begini. Hari pertama dan kedua perutku selalu sakit, kaki pegal-pegal, dan badmood.
"Ya udah ntar kalo mau es krim bilang ya. Gue beliin langsung."
Razi mengelus kepalaku sebelum meninggalkanku kembali ke halaman belakang membantu Mas Dewa dan Valdo membakar ikan. Aku hanya bisa mengangguk pelan.
Aku menoleh ke samping, Pak Radi sedang berkutat dengan tabletnya. Sedari tadi dia memang ada di sampingku sambil kerja. Tadi begitu sampai di rumah Mas Dewa, Pak Radi ditelepon manajer area menanyakan beberapa data yang harus dikirimkan dengan segera.
"Pak.." panggilku.
"Hm."
"Masih banyak ya ? Mau saya bantu nggak ?" aku kasihan melihatnya harus lembur di waktu weekend.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...