Holaaaa spesial povnya Radi akhirnya selesai juga.
Lelah jariku ngetiknya.
Jangan lupa vote & komen yaw
Sahurnya jangan pada kesiangan.
Selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Gue mau bobo dulu takut kesiangan sahurnya.
bye~
Warning ! ⚠
part ini mengandung banyak narasi dan penulisan yang acak-acakan. Mau dibaca silakan, nggak dibaca juga nggak papa.Happy Reading
Raditama
Tita. Titanium Elaksi Paramesti. Seorang wanita yang telah menjungkir balikkan duniaku.
Dia telah menarik perhatianku sejak pertama kali bertemu.
Aku terkejut saat mengetahui kalau dia adalah adik Dewa, temanku sewaktu kuliah.
Sewaktu aku mendengar Tita membicarakan aku pada The Bujang's, sebenarnya aku nggak marah. Malah aku ingin tertawa, Tita berasumsi kalau Rania adalah istriku.
Titanium. Sesuai namanya, dia adalah wanita kuat. Hei, jangan kalian pikir jadi sales itu mudah. Mungkin bagi sebagian pria, itu pekerjaan mudah. Tapi ini wanita, nggak semua bisa seperti Tita. Belum lagi jika laporan yang diberikannya salah, aku pernah memarahinya. Aku tahu kalau dia menggerutu di belakangku, tapi dia sanggup mengerjakan semuanya bahkan saat diminta menggantikan sementara posisi Ines, dia menyanggupinya.
Hal yang mengejutkanku lagi adalah kalau Tita wanita single. Benar-benar single. Aku pikir dia telah menikah, mengingat Lulu memanggilnya dengan sebutan bunda.
Tapi saat mengetahui jika Lulu adalah anak kandung Dewa dan Noura, seketika aku merasa lega. Saat itu aku belum merasakan cinta padanya. Ah mungkin lebih tepatnya sudah tetapi aku belum menyadarinya.
Aku terkejut saat melihatnya berada di pantry apartemenku. Dia terlihat cantik dan seksi di saat bersamaan.
Kalian pasti mau bilang aku pria mesum, kan ? Hei, aku ini pria normal. Apalagi Tita itu menurutku sempurna.
Rambutnya yang diikat tinggi menampakkan lehernya yang jenjang itu membuat aku ingin mengecupnya. Jangan salahkan aku, ingat aku sudah pernah menikah.
Belum lagi bibirnya yang merah menggoda, bulu matanya yang lentik alami, dan bola matanya yang berwarna dark brown mampu menyihirku.
Aku jadi teringat saat mengantarkan susu untuk Tita. Entah Tita sadar atau nggak saat itu dia hanya memakai tank top dan hotpants. Bahkan aku bisa menebak ukuran dadanya yang tak terlapisi bra. Haish kenapa harus ingat itu lagi sih.
Saat aku sedang menunggu Tita menyelesaikan pekerjaannya, Valdo yang belum pulang bertanya perihal kedekatanku dengan Tita.
"Bang, waktu lima hari sama Tita gimana ?" tanya Valdo.
"Bagus kerja dia, RK banyak yang puas sama kinerja Tita."
"Bukan itu maksud gue. Gue lihat lo makin dekat dengan Tita."
"Gue menganggap Tita hanya seperti Rania."
"Tita gadis yang baik," lanjutku.
"Dari awal gue sempat menyangkal perasaan itu dengan menganggapnya seperti Rania, tapi makin lama makin membuat gue nggak bisa memungkiri. I'm falling in love with her."
"Gue dukung lo, Bang. Inget, sekali aja lo sakiti Tita, gue nggak akan segan buat hajar lo. She is my bestie and lil sister." ancamnya padaku.
Hanya Tita yang mampu membuatku menata kembali hati yang telah terselubungi kegelapan. Jika sebelumnya aku takut menikah lagi, Tita membuatku berani ingin memilikinya secara halal di mata Tuhan dan negara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...