SURPRISE !!!!
Updet lagi nih gue hehe
Masih amaze gara-gara cepet banget ngetik part ini.
Spesial buat kalian yang masih setia nunggu cerita ini.
jangan lupa jaga kesehatan. makan makanan bergizi yang teratur. banyak minum air mineral. banyak makan buah & sayur.
nggak bosen lg gue ngingetin. jgn lupa cuci tangan sebelum makan/minum.
Semoga kita sehat selalu dan dijauhkan dari segala penyakit. semoga pandemi ini cepat berakhir. aamiin.
jangan lupa vote & komen yaw !
Happy Reading
Sudah seminggu aku memulihkan hati. Tapi sepertinya nggak seratus persen hatiku pulih.
Sudah seminggu juga aku mengurangi intensitas kedekatanku dengan Pak Radi.
Aku tahu pasti dia merasa aneh dengan sikapku padanya. Aku sudah nggak bisa lagi dekat seperti dulu dengan Pak Radi. Walaupun setiap hari bertemu.
Pernah Pak Radi yang baru tiba di kantor, melewati kubikelku sempat berhenti sebentar lalu menaikkan satu alisnya karena aku nggak menyapanya.
Pernah juga dia mengirimku pesan kenapa nggak lagi membawakannya buah atau salad buah yang tentu saja nggak aku balas.
Aku hanya membalas pesannya jika menyangkut pekerjaan. Sejak itu Pak Radi tak pernah menanyakan jatah buah atau salad buah untuknya.
Aku juga nggak mau menyalahkan Pak Radi. Perasaan cinta, suka, atau sayang itu nggak bisa dipaksakan. Jadi jalan satu-satunya aku harus menjaga jarak namun tetap bersikap seperti biasa.
Sabtu malam ini adalah perayaan ulang tahun perusahaan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan ulang tahun perusahaan diadakan di salah satu hall hotel berbintang lima.
Semua karyawan dalam satu provinsi dari beberapa area berkumpul bersama.
Aku menaiki mobil Valdo setelah berpamitan dengan Mama dan Papa. Aku nggak mau membawa Moku karena lagi malas nyetir. Lagipula aku sudah berdandan. Aku nggak mau mahakarya Mbak Naya jadi berantakan.
Aku mengenakan dress berwarna putih hitam fit body yang membalut tubuhku . Dress ini juga memamerkan bahuku dan belahan kaki sampai di atas lutut. Tak lupa aku mengenakan heels juga cluth berwarna gold. Rambutku digelung ke atas hingga memperlihatkan leherku.
Aku berdandan dibantu dengan Mbak Naya. Beruntung ia sangat ahli dalam urusan make up dan hair style. Dress, sepatu, dan clutch adalah pilihan Mama. Jadi aku pasrah saja saat aku didandani oleh Mbak Naya dan Mama. Mbak Naya juga bilang aku beruntung memiliki leher yang jenjang. Padahal aku nggak pernah berpikiran seperti itu hihi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...