Haiiiii 😊
Maapin baru updet ya.
Malming kemarin gagal updet gegara pilemnya SRK. Gue suka lagunya hahaha.
Baru sempat updet sekarang karena adik gue lagi sakit😢
Sampe lupa belum lebaranan
Minal Aidin Wal Faidzin Maaf Lahir Batin yaa guys 🙏
Cuss jangan kebanyakan bacot langsung ke TKP aja
Eh tapi jangan lupa Vomentnya yang banyak terus share cerita ini ke teman-teman kalian ya.
Happy Reading !
Moku baru saja terparkir dengan cantik di parkiran Geezer.
Sore tadi Razi mengirim pesan kepadaku dan Valdo untuk bertemu. Kalau kata anak jaman now istilahnya kongkow.
Oh iya aku belum pernah bilang ya kenapa hanya aku dan Valdo. Itu karena kami bertiga sangat dekat sejak kuliah serta satu jurusan dan angkatan waktu kuliah. Kalau dengan Razi aku berteman dengannya sejak kecil.
Selepas sholat maghrib di kantor, aku melajukan Moku ke Geezer. Valdo menyusul dengan motornya. Padahal aku duluan yang berangkat kenapa dia yang tiba duluan ya.
"Mas Langit jadi pergi Sabtu besok, Ta ?" tanya Valdo. Saat ini aku, Razi, dan Valdo tengah menikmati minuman di Geezer.
"Huum. Kemungkinan sih dapet penerbangan agak sore. Gue lupa jam berapa." Jawabku lalu menyesap es cappuccinoku.
"Gue pengen ikut nganter tapi udah ada janji." Kata Valdo.
"It's okay, Val. Gue berdua dengan Razi juga nggak papa kok. Lagian kemarin Razi bilang Jumat malam udah pulang." Valdo mengangguk.
Kemarin aku sudah meminta Razi untuk menemaniku mengantar Mas Langit. Beruntungnya lagi Razi akan pulang Jumat malam dari luar kota.
"Gue nginap aja deh kayaknya Jumat malam di rumah lo, Ta. Biar bisa dapat sarapan besoknya." Razi menyeringai.
"Okay nanti gue bilang Mama." Punya temen gini amat ya. Banyak uang tapi kayak nggak bisa beli makan.
"Eh gue ke belakang sebentar ya. Ada yang mau gue pesan ke Alex. Kalian abisin itu makanan. Kalau kurang panggil aja si Joko."
Setelahnya Razi meninggalkanku berdua dengan Valdo. Alex itu head chef di Geezer, kalau Joko salah satu staff Razi.
"So... sekarang lo udah bener-bener move on kan, Ta ?" Tanya Valdo.
"Yep. Gue berpikir nggak semua lelaki kayak dia. Terlalu sempit pemikiran gue kalo anggap semua laki sama kayak dia. Contohnya ada lo, Razi, kedua kakak gue juga." Jawabku.
Valdo menyesap kopi hitamnya, "Good girl. Nggak guna kalo lo masih pikirin hal kayak gitu. Apa yang udah lo alami jangan pernah dilupain. Cukup dijadiin pembelajaran."
Ini orang kesambet setan apa ya bisa ngomong bener.
"Gue malah kepengen orang kayak dia tuh dimuseumin kayak artefak. Tapi jangan dilestarikan kayak bunga bangkai. Bahaya Val." Aku terkikik, Valdo mengangguk kemudian tertawa.
"Lagian Pak Bos kan single, Ta. Pepet terus aja. Siapa tau dia jodoh lo, kan." Valdo menaik-turunkan kedua alisnya.
"Kalo doi jodoh gue ya why not, kan ?"
"Yoi. Selagi bendera kuning belum berkibar, peluang masih terbentang lebar."
"Sialan. Lo kepengen gue mati ?" Sungutku. Valdo terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...