Spesial POV Pak Radi muncul sekitar 2-3 part lagi ya. Kalo menurut kalian cerita gue ini mainstream ya nggak papa, gue terima.
Gue cuma bisa bikin kayak begini. Jadi kalo nggak sesuai harapan kalian maafin ya.
Namanya juga newbie writer.
Jangan lupa vote & komen 💋
Happy Reading
Pak Radi menjauhkan tubuhnya dariku. Aku yang masih malu, melotot pada keenam orang dewasa yang masih cekikikan.
"Humm Bunda, emang ciuman itu apa sih ?" pertanyaan Lulu mengalihkan perhatianku. Ekspresinya cepat sekali berubah. Tadi menatapku garang sekarang menatapku dengan polos.
Aku menepuk dahiku. Emang dasar itu Mas Dewa, bapaknya ngajarin yang nggak bener sama anaknya.
"Ehem... ciuman itu kayak Lulu biasanya kiss-kiss Bunda. Kayak gini nih..." Aku mengecup pipi gembul Lulu. Lulu cekikikan lalu mencium balik pipiku.
"Ya udah kalo Bunda mau kiss-kiss Om Ganteng nggak papa. Daddy ! Bunda itu mau kiss-kiss sama Om Ganteng kok malah nggak boleh sih." Lulu berteriak pada Mas Dewa, menggerutu.
Aku melotot. Duh susah banget kasih pengertian ke anak kecil.
"Eh ya nggak boleh, nak. Om Radi kan laki-laki, Bunda itu perempuan. Ya nggak boleh." kata Mas Dewa yang sudah mendekat pada kami.
"Loh Uncle Razi dan Uncle Valdo kan laki-laki juga, kok boleh kiss-kiss Lulu ?" biasanya kalo kami mencium Lulu, kami bilangnya kiss-kiss. Lulu sudah mengerti itu sejak umurnya tiga tahun.
Mas Dewa gelagapan mendengar pertanyaan kritis Lulu.
Aku hanya bisa bilang 'MAMPUS LO MAS' tapi tanpa suara. Nanti Lulu bisa mengikutiku.
"Princess... ikut Uncle yuk ambil puding di kulkas." Lulu yang memang menyukai puding langsung mau diajak Razi ke dapur. Razi menggendong Lulu dan masuk ke dalam rumah.
Mas Dewa menghela napasnya. Beruntung Razi bisa menyelamatkan situasi awkward ini.
"Makanya Hon, jangan suka asal kalo ngomong." Mbak Nou yang menghampiri kami menepuk pundak Mas Dewa.
"Tuh gara-gara lo sih, Dek."
"Loh kok gue sih." aku mendelik kesal padanya.
"Iya kan lo mau ciuman sama Radi."
Aku dan Pak Radi terbatuk mendengar ucapan Mas Dewa.
"Duh kompak amat yang lagi kena cupid hati." Valdo menaik-naikkan alisnya menggodaku.
Aku melotot padanya.
"Udah ah kok jadi saling nyalahin. Masuk aja ke dalem yuk. Mas, kamu yang beresin semuanya ya." titah Mbak Nou.
Mas Dewa nampak ingin protes.
"Kalo protes tidur di luar." ancam Mbak Nou.
Mas Dewa mendesah saat mendengar ancaman Mbak Nou.
***
"Ta."
"Hmm."
Saat ini aku dan Pak Radi berada di apartemennya.
"Temenin saya mau, nggak ?"
Aku sedang memainkan game Homescapes di ponselku. Sementara Pak Radi menonton film action yang terhubung dengan netflix. Dia tiduran dengan pahaku menjadi bantalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...