31. Mas Langit Pulang

6.6K 776 46
                                    

Olaaaa...

Gue kelamaan nggak sih updetnya ?

lapak sebelah sampe banyak sarang laba-labanya gara-gara yang vote&komen sedikit😅

yuk lah ramein lapaknya Razi.



Happy Reading

Senin pagi aku tiba di kantor sendiri. Pak Radi nggak bisa berangkat bareng karena dia harus menghadiri pertemuan dengan para manajer dan petinggi perusahaan di salah satu hotel berbintang.

Baru saja aku meletakkan tasku, tiba-tiba mejaku penuh dikelilingi teman-teman sekantorku. Gandi memberi aba-aba lalu confeti berjatuhan di atasku serta bunyi-bunyi alat musik yang lain bersahutan.

Aku jadi kebingungan. Pasalnya hari ini aku nggak berulang tahun.

"Happy engagement, calon ibu bos !!!"

Mereka serempak mengatakan itu lalu setelahnya aku dipeluk mereka satu per satu.

Setelah mengucapkan selamat dan memelukku, mereka hingga yang tersisa hanya The Bujang's saja.

"Wuih Pak Radi gercep ya, tau-tau udah mau tunangan mana sama Tita lagi. How about your feeling, Put ?" tanya Ridho.

"Ambyar ati ini..." sahut Putra dengan mimik wajah dibuat sesedih mungkin.

Aku tersenyum geli.

"Kok kalian bisa tau sih ?" tanyaku. Ah aku tahu siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan Valdo. Hanya dia yang mengetahui hal itu di kantor ini.

Aku menatap Valdo dengan tajam.

"Bukan gue, Ta. Suer deh." jawabnya cepat.

"Parah si bos, gue bener-bener disalip di tikungan tajam. Hancur tak bersisa  hati abang, Dek Tita.." katanya dengan dramatis.

"Yuk ikut gue aja, Put. Kita putar lagi The Godfather of Broken Heart. Dijamin makin ambyar hati lo." Gandi merangkul Putra sembari mengajaknya pergi.

"Kok kamu jahat sih beb." Putra menoyor kepala Gandi.

"Sini cium dulu biar kerjanya fokus." Gandi bersiap akan mencium Putra. Keduanya saling berpandangan lalu tertawa terbahak-bahak. Bocah edan !

***

"Langit flight jam berapa Jumat besok, Ta ?"

Pak Radi tengah menyetir, kami akan makan malam bersama di salah satu restoran cepat saji.

"Pukul tujuh, Pak."

"Jadi kita yang jemput ?" tanyanya.

Aku mengangguk. Mas Langit memang memintaku menjemputnya sejak sebulan yang lalu.

"Oh iya, backdrop untuk spot foto-foto udah kamu booking, kan ?"

"Udah, kok. Kemungkinan dipasang Jumat siang. Emangnya kenapa, Pak ?"

"Mas-mu, Langit, meneror aku sejak tiga hari yang lalu. Katanya acara lamaran kita harus perfek supaya saat didokumentasikan jadi cantik."

Aku speechless.

"Serius ? Mas Langit bilang begitu, Pak ?" tanyaku.

Pak Radi mengangguk.

"Kenapa sih ? Kok kayaknya kamu kaget gitu. Langit tuh sayang banget sama kamu ternyata."

"Jadi kangen Mas Langit deh." Yah ini air mata udah penuh di mata. Jadi nggak sabar ketemu dia. Aku kangen berat.

"Hei, jangan nangis."

Titanium (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang