17. Lepas Kontrol

9.2K 821 17
                                    

Mohon maap yak kepencet unpub pas lg edit 🙏

Ih udah gatel mau updet.
Eh tapi numpang promosi dulu ah.
Gue punya cerita baru nih. cuss ke sana ya abis baca Tita. Jangan lupa vote & komen yaa

Ceritanya si Rania adik Raditama nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceritanya si Rania adik Raditama nih. itu cerita idenya lagi banjir hehe.

Jangan lupa Tita di vote & komen jg yaa 😚

HAPPY READING

Aku, Rania, dan Pak Radi sedang menikmati makan malam hasil masakan Rania.

"Gimana masakan gue, Bang ?" tanya Rania pada Pak Radi.

Pak Radi mengacungkan jempolnya.

"Enak."

Ini orang dari tadi kalau ngomong cuma sedikit banget. Kalau ditanya cuma angguk atau geleng. Kadang cuma bilang 'hm' doang.

"Makasih ya Mbak udah ajarin gue resepnya. Untung ada kelinci percobaan." Ujar Rania sambil mengerling jahil pada abangnya.

Pak Radi hanya mendengkus.

Aku tersenyum melihat keakraban adik dan kakak ini jadi mengingatkanku pada Mas Langit. Tuh kan jadi kangen sama Mas Langit.

"Sama-sama, Ran." Balasku.

Selesai makan, aku dan Rania mencuci peralatan makan.

Rania terduduk di sofa dengan tak berdaya akibat kekenyangan.

"Kenyangnya." Rania menepuk-nepuk pelan perutnya. Aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkahnya lalu terduduk di sampingnya.

"Abang, nanti anterin Mbak Tita pulang, ya. Adek kekenyangan ini malah jadi ngantuk."

Pak Radi yang sedang sibuk dengan ponselnya duduk di hadapan kami lalu mengangguk sambil bergumam.

"Ih Abang jangan ham hem ham hem aja. Dengerin kalo gue lagi ngomong."

"Ck! Iya nanti Abang yang antar. Bawel banget ah."

"Udah biar nanti saya pulang sendiri aja." Aku merasa tak enak karena takut merepotkan Pak Radi.

"No!"

"No!"

Pak Radi dan Rania berucap bersamaan. Kompak banget ini adek sama kakak.

"Nanti saya yang antar. Nggak ada kamu pulang sendiri. Tunggu lima belas menit lagi." Titah Pak Radi lalu ia kembali menekuri ponselnya.

"Hooh biar diantar Abang aja, Mbak. Lagian ini udah malem. Naik taksi online juga serem sering ada kejadian." Cerocos Rania.

Aku hanya bisa mengangguk pasrah mengikuti kemauan dua bersaudara ini.

Mereka berdua nggak akan berhenti sebelum aku menuruti permintaannya.

Titanium (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang