Chapter 5

2.1K 188 6
                                    

Pagi-pagi sekali Elena sudah sampai di sekolah dan sekarang ia tengah menuju kelas Fisika. Meski tidak terlalu menyukai mata pelajaran itu, Elena cukup unggul menguasai setiap materinya.

Elena melangkah dengan kecepatan sedang, menundukkan kepalanya hingga rambut hitamnya hampir menutupi seluruh wajahnya. Jika ada yang melihatnya seperti ini pastinya Elena dikira hantu penghuni sekolah.

Belum banyak siswa ataupun siswi yang berdatangan. Bahkan kelas Fisika terlihat sepi tanpa penghuni. Elena adalah siswi pertama yang memasuki kelas, lalu ia memilih duduk di sudut ruangan.

Elena menautkan jemarinya, sembari menundukkan kepala. Setelah semalam berpikir tentang kejadian beberapa waktu lalu yang berhubungan dengan Sean, kini ia sudah memutuskan yang terbaik bagi dirinya.

Tak lama kemudian pintu kelas tersebut terbuka, menampilkan sosok Sean yang mamasuki kelas. Pemuda itu hari ini datang terlalu pagi. Sangat langka seorang Sean datang lebih awal, biasanya pemuda itu terlambat dengan berbagai alasan.

Sean menyadari sesosok gadis yang belum lama ini mengusik pikirannya. Lalu Sean mendekati gadis itu dan duduk di sebelahnya dengan senyuman tipis. Merasa terabaikan kini Sean mencoba berbasa-basi, meski gadis itu tidak menyukainya.

"Wah, tadinya ku pikir kau hantu cantik yang menghuni sekolah," kata Sean. Namun Elena hanya diam memandang datar dengan mata sedikit tajam terlihat menyeramkan.

Merasa terabaikan, Sean mencondongkan badannya mendekati Elena meskipun awalnya dilanda rasa takut. "Kau sangat menyeramkan, tapi kau masih terlihat cantik dan aku menyukai itu," kata Sean dengan senyum tipis menggoda.

Elena merasa aneh dengan Sean yang tidak biasanya bersikap seperti itu. Apa Sean mencoba untuk menggodanya? Mungkin salah satu trik Sean untuk membuatnya luluh. Tapi Elena bukan gadis yang mudah terbawa perasaan.

Sean pun menggenggam tangan Elena, menatap gadis itu dengan tatapan yang sedikit menyebalkan dan penuh godaan. Layaknya seorang bajingan yang tengah merayu.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Elena dingin mendapat perlakukan tiba-tiba dari Sean.

"Aku memikirkanmu," kata Sean menarik sudut bibirnya. "Dan juga diriku sendiri. Kau pikir hanya kau saja yang bisa bersikap egois?" tanyanya sembari melepas genggaman tangannya pada Elena.

"Aku tahu kau tidak peduli padaku, tapi aku mohon kau bisa mengerti keadaanku," sambungnya lagi.

"Well, akan ku beritahu," katanya langsung tanpa memikirkan basa-basi seperti yang Sean lakukan.

"Hah, aku tidak percaya kau akan peduli," kata Sean malas lantas bersandar di sandaran kursi.

"Ya, aku tidak peduli tentang berita sialan itu," kata Elena pelan. Lantas menatap datar pemuda menjengkelkan itu lagi.

"Lalu?"

"Aku menerimamu," ucap Elena sedikit merasa malas.

Sean mengangkat sebelah alisnya sembari menarik salah satu sudut bibirnya. "Menerimaku sebagai kekasihmu? Begitu maksudmu, kan?" tanyanya santai.

Elena terdiam beberapa saat dengan wajah paling datar yang pernah ia layangkan. "Terserah, aku tidak peduli," balasnya ketus.

"Kau yakin?" tanya Sean lagi lalu mendekatkan wajahnya pada Elena.

Sean menatap setengah wajah Elena begitu lama sampai gadis itu menjawab pertanyaannya. Tapi tak kunjung ada jawaban. Sampai-sampai wajah Sean semakin dekat dengan wajah Elena karena ia terus mendorong dirinya ke depan. Mencari celah untuk membuat gadis itu menjawabnya dengan gugup dan tersipu malu. Tapi sepertinya tidak mungkin itu terjadi pada gadis muka datar itu.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang