Chapter 16

1.1K 101 7
                                    

"Max, aku tidak mengerti."

"Apa yang tidak kau mengerti?" tanya Max keheranan dengan curhatan Sean.

"Aku tidak mengerti dengan Elena. Kemarin dia menolakku, dan hari ini gadis itu membuatku bingung. Ditambah lagi aku bermimpi bahwa Elena membalas perasaanku, mimpi itu aneh," jelas Sean. Max hanya mengut-mangut, entah mengerti atau tidak.

"Aneh? Hmmm... mungkin mimpi itu sebuah pertanda bagus atau buruk untukmu," Max menyandarkan punggungnya di pintu loker.

Sean menaikan salah satu alisnya. "Apa kau percaya hal seperti itu?"

Max mengedikan bahu. "Siapa tahu mimpimu menjadi kenyataan."

Tak lama setelah itu, mereka melihat Elena masuk ke lorong loker itu. Gadis itu sama sekali tidak menatap mereka berdua, seolah Sean dan Max adalah makhluk kasat mata. Elena membuka lokernya dan sibuk menaruh beberapa buku di dalamnya.

Max beranjak menghampiri Elena dan Sean menahan sahabatnya itu. "Hey, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan menggodanya, lagi pula kau belum resmi berpacaran dengannya. Perhatikan saja oke!" Max menyeringai kecil dan melangkah mendekati Elena.

"Max, aku akan menghajarmu setelah itu," ancam Sean. Namun Max hanya menghiraukan.

Elena menutup pintu lokernya dan dikejutkan oleh Max yang tersenyum miring. Elena hanya menatap datar pemuda rambut pirang itu. Lalu Max menyandarkan bahunya di pintu loker. Sean yang melihatnya menjadi geram sendiri.

"Kau sangat cantik hari ini," ujar Max sembari menatap mata Elena.

"Jangan mencoba untuk menggodaku!" pinta Elena dingin dengan wajah datarnya.

"Aku berkata jujur, kau sangat cantik saat aku memandangmu sedekat ini." Max tersenyum menggoda.

Elena terdiam, tidak berkata apa-apa lagi. Max tersenyum nakal dan kembali mendekati Elena. Membuat Sean yang berada jauh di belakang sana ingin sekali menghajar habis bajingan rambut pirang itu.

Sementara Elena terus melirik ke arah Sean yang berada jauh di belakang Max. Berupaya meminta pertolongan, tapi Sean tidak peka akan hal itu. Pemuda itu hanya berdiam diri di sana.

Lalu Elena menoleh lagi ke arah Max. Pemuda pirang itu terus menatapnya dan mendekat tidak lupa melirik bibirnya. Nafas Elena sampai berhenti saat wajah Max semakin dekat.

Entah kenapa Elena tidak bisa menghentikan aksi Max, ia berharap Sean yang menghentikan. Tapi Sean sama sekali tidak bereaksi.

Max pun tiba-tiba berhenti dan akhirnya menarik sudut bibirnya, saat hidungnya hampir bersentuhan dengan hidung gadis itu. Lalu Max menarik kembali wajahnya dan tersenyum nakal.

"Aku bukan bajingan yang tega merebut kekasih sahabatku sendiri," kata Max tersenyum miring.

Elena menatap tajam lalu menampar Max cukup keras, tapi terbilang sangat keras bagi Max. Max pun memegangi pipinya, gadis itu melirik Sean sebelum pergi. Seolah meminta Sean untuk mengejarnya.

Sean pun menghampiri Max. "Oh Sean. Gadismu itu, tamparannya hampir membunuhku," ucap Max meringis kesakitan.

"Ini alasannya kenapa aku tidak berani melakukan tantanganmu, aku sudah menduganya dari awal. Sekarang lihat akibatnya," kata Sean lalu beranjak meninggalkan Max dan menghampiri Elena.

Sean meraih pergelangam tangan Elena dan gadis itu memutar tubuhnya untuk bertatapan dengannya.

Sean tersenyum kecil. "Maafkan Max. Dia memang seperti itu."

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang