Chapter 11

1.2K 118 0
                                    

Sikap Sean selalu membuat Elena berpikiran hal-hal aneh hingga suatu perasaan muncul di mana perasaan itu belum jelas kebenarannya, pasalnya Sean menjadi lebih dekat dengannya dan bukannya hanya berpura-pura.

Ingin rasanya Elena membunuh pemuda itu, bisa saja ia lakukan. Tapi cara terbaik hanyalah menghindarinya. Di sisi lain dengan adanya tugas sialan itu, Elena harus terus terperangkap dengan perasaan bodoh itu, dan berpura-pura menjadi kekasih Sean di hadapan umum. Bagaimana jika ia benar-benar terbawa suasana? Sial.

Setelah berbagai khayalan anehnya, kini Elena mendapati pemuda yang sedang ia hindari itu sedang bersama seorang gadis, tentu gadis yang sama seperti yang ia lihat kemarin. Hal itu membuat Elena berhenti dan berbalik demi menghindarinya. Sepertinya Sean menyadari keberadaannya.

Tak jauh dari Sean berdiri ia melihat Elena yang sedang berusaha untuk menghindarinya, hingga ia harus melepas paksa tangan Alice dari lengannya, gadis berambut blonde itu sangat merepotkan. Alice selalu menempelinya bagai lem perekat.

Sean yang merasa aneh dengan sikap Elena, membuatnya harus mengejar gadis itu dan meninggalkan Alice yang mendengus kesal. Sean tidak mau Elena terus menghindarinya dan tidak mau gadis itu membencinya. Sean tahu harus apa.

Sean berlari kecil mengejar Elena dengan langkah gadis itu yang begitu cepat. Kini pemuda itu sudah berada dibelakang Elena yang terus melangkah lebih cepat darinya.

"Elena!!" panggil Sean. Namun Elena hanya menghiraukan dan tetap melangkah cepat.

"Elena, aku mohon berhentilah!"

"Elena, apa yang membuatmu mengindar?"

"Apakah kau cemburu?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Elena berhenti hingga tubuh Sean menabrak punggungnya.

Tak lupa dengan sigap Sean menjerat Elena agar gadis itu tidak kabur lagi dengan memeluknya dari belakang. Perlakuan Sean membuat Elena sedikit terkejut. Sean menyandarkan dagu di bahunya.

"Pertanyaanku membuatmu berhenti, apakah itu benar?" goda Sean sembari memandang wajah Elena dari samping.

"Bisakah kau tidak bertindak seperti ini?" tanya Elena demi menghindari pertanyaan Sean tadi.

"Jika aku melepasmu, aku takut kau akan menghindariku lagi," ucap Sean mengangkat tangannya berupaya menyibak rambut Elena agar ia lebih leluasa memandang wajah pucat itu.

Elena pun menatap tajam. "Kau hanya takut dihukum, bodoh," kata Elena.

Sean menarik sudut bibirnya tersenyum. "Kali ini aku benar-benar ingin menjagamu. Jadi jangan menghindariku," kata Sean membuat Elena merasakan jantungnya bekerja lebih cepat.

Baiklah omong kosong yang payah, ini hanya modus pemuda itu. Elena berusaha berpikir lebih jernih dan memanfaatkan logikanya. Ia tidak ingin terperangkap dengan perasaannya sendiri dan di posisi yang begitu tidak nyaman ini.

Elena melepas tangan Sean yang melilit tubuhnya, setelah mendapati beberapa kelompok siswa dan siswi yang tak sengaja melewatinya dengan posisi seperti ini, sangatlah tidak nyaman. Lalu ia berbalik menghadap Sean sambil mundur satu langkah untuk sedikit menjauh.

"Bisakah kita hanya berpura-pura? Dan kau bisa bebas bersama gadis itu," kata Elena dengan mata tajam menatap kedua netra samudra milik Sean.

Sean kembali menarik sudut bibirnya. "Ternyata kau benar-benar cemburu."

Elena terdiam sesaat. "Kau sangat menyebalkan," ucapnya tajam. Lalu hendak berbalik melangkah pergi. Tapi Sean mencekal pergelangan tangannya agar mereka kembali berhadapan.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang