Chapter 37

711 75 7
                                    

Hal yang paling merepotkan dari segala hal yang pernah Damien lakukan adalah, keadaannya yang saat ini sedang mendengar ocehan seorang pemuda yang bodohnya ingin kembali ke kerajaan sialan itu. Sungguh Damien tidak mau nyawanya kembali terancam.

Bisa saja Damien membunuh atau menyakiti pemuda itu agar tidak merepotkan atau membuat dirinya merasa terganggu. Tapi sesuai permintaan terakhir Elena, Damien harus selalu bersama Sean. Itu artinya ia harus menjaga dan tidak menyakiti pemuda itu.

Memang hal ini begitu sulit bagi Sean yang sangat mencintai Elena. Pengorbanannya berada di sini hanya pada batas yang menyakitkan. Bukannya kembali dan mengubah keadaan kembali normal.

“Gadis itu tidak mau mendengarkanku. Dia mengingkari janjinya. Aku tidak mengerti apa yang diinginkannya, dia egois,” gerutu Sean tidak menerima semua hal yang terjadi.

Damien hanya menatap tanpa ekspresi. Melihat Sean yang mengacak-acak rambutnya sendiri sembari mondar-mandir tidak jelas dengan wajahnya yang kini sudah kelewat gelisah dan cemas.

“Berhenti! Atau aku akan melemparmu ke bawah sana.” Damien melirik jurang curam di sebelahnya.

Tadi Ruel memang memiliki niatan untuk melempar mereka berdua ke dalam jurang itu. Namun Damien berhasil melepaskan diri dari prajurit yang menahannya lalu menyelamatkan Sean dari tahanan Ruel dengan sekuat tenaganya. Dan mereka berhasil kabur, melesat menjauh dari pria kejam itu. Dan di sinilah mereka berhenti, di tepi jurang yang dalamnya tak terhitung.

“Aku ingin kembali ke sana.” Sean melangkah pergi, tiba-tiba Damien bergerak cepat menghalanginya.

“Aku susah payah menyelamatkanmu dari penjahat itu, dan sekarang kau ingin kembali. Bagaimana kalau mereka menghabisimu?” Kekesalan Damien sudah berlipat ganda.

“Aku ingin bersama Elena,” bantah Sean lalu mendorong tubuh Damien yang menghalanginya.

“Dengarkan aku bodoh!” Damien menarik bahu Sean dengan kasar agar menghadapnya lagi. “Kau ingin bersama Elena? Itu artinya kau juga akan ikut mati, karena itu adalah takdirnya. Dia diburu selama bertahun-tahun untuk hal itu. Kau tidak berhak ikut campur,” Damien memberitahunya.

Setelah itu Sean membungkam di tempatnya, tanpa ada ekspresi apapun di wajahnya. Manik birunya memandang Damien seolah yang baru saja dikatakan oleh pria vampire itu benar. Tapi, tetap saja Sean tidak mudah menerima hal tersebut dan pasrah begitu saja.

“Ya, aku memang tidak berhak untuk ikut campur dan aku tidak ingin tahu hal apapun dari masalah itu. Tapi aku memiliki hak untuk menyelamatkannya, karna aku mencintainya. Dia tidak bisa egois seperti ini padaku dan mengabaikan perasaanku,” terang Sean keras kepala dan menepis tangan Damien yang bersarang di bahunya. Lalu berbalik untuk melanjutkan langkahnya.

“Kau tidak akan bisa mengalahkan mereka yang jelas-jelas lebih kuat darimu. Kau tidak bisa hanya mengandalkan perasaanmu pada Elena, itu sia-sia. Kau adalah manusia paling bodoh yang pernah aku kenal,” teriak Damien masih berdiri di tempatnya. Tapi Sean tetap melangkah menjauh, menghiraukan perkataannya.

Damien memutar bola matanya malas dan menyusul pemuda yang keterlaluan nekad itu.

•••

Elena tidak mengerti mengapa kemunculan dan kepergian pria itu selalu membuat kepalanya sakit. Mungkinkah pria itu semacam arwah yang memasuki pikirannya lalu memanupulasi memorinya dengan mengambil wujud Sean? Lalu mengatakan omong kosong.

Seberapa hebat feeling yang Elena miliki, tetap saja hal itu membuat dirinya bingung dan semakin penasaran. Elena menyimpulkan bahwa pria itu hanya arwah penasaran yang ingin bermain-main dengannya.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang