Chapter 39

738 66 1
                                    

Pintu gerbang besar dan tinggi Kerajaan Altas terbuka lebar bagi para tamu kerajaan. Mereka semua tidak sabar melihat putri Raja Altas yang dikabarkan telah kembali. Tapi mereka lebih mempercayai sang putri bangkit dari kuburnya dengan cara yang tak biasa. Diduga Kerajaan Altas memiliki kekuatan pembangkit. Gosip itu menjadi perbincangan hangat sebagian kerajaan saat Ratu Elvisa menyebarkan undangannya.

Negeri Duvland hanya dipimpin oleh lima kerajaan besar yang tersebar di wilayah yang berbeda. Hanya saja wilayah utara dipimpin oleh dua kerajaan sekaligus, yaitu Kerajaan Altas dan Morgan. Tak jarang dua kerajaan ini saling memperebutkan wilayah kekuasaan.

Sampai sekarang dua kerajaan besar ini belum menanda tangani surat perjanjian perdamaian. Karena Ratu Irina memberi syarat, bahwa ia akan menandatangani surat tersebut jikalau putra-putrinya menikah dengan putra-putri dari Kerajaan Altas. Namun karena kedua kerajaan sama-sama kehilangan putri mereka, maka surat perjanjian perdamaian itu tidak pernah ditanda tangani.

Tapi kali ini, sepertinya Ratu Irina mendapat kesempatan untuk mengajukan syaratnya lagi untuk menikahkan putranya dengan putri Raja Altas yang telah kembali dari kematiannya.

Ratu Elvisa dan Raja Altas pun sudah siap menyapa keluarga kerajaan yang hadir malam itu di depan pintu masuk aula utama. Keluarga kerajaan yang pertama adalah kerajaan yang di pimpin oleh Raja Arthur yang menguasai wilayah barat.

"Selamat datang yang mulia Raja Arthur berserta istri dan putra putri anda," sambut Ratu Elvisa membungkuk hormat.

Raja Arthur menyunggingkan senyumannya. "Terimaksih, senang bisa menghadiri acara istimewa ini."

"Silahkan, kau bisa mengambil tempat di mana saja," kata Raja Altas mempersilahkan Raja Arthur beserta keluarganya memasuki aula utama.

Begitupun selanjutnya Ratu Elvisa menyambut kedatangan Raja William dan Raja Christophe beserta keluarga mereka dan para petinggi kerajaan masing-masing. Hanya Kerajaan Morgan yang belum hadir di acara tersebut, membuat Ratu Elvisa resah dan mengingat pertentangan yang terjadi di antara kerajaan mereka.

"Aku rasa mereka mengabaikan undanganmu," ujar Raja Altas kepada istrinya yang terlihat resah.

"Aku yakin mereka akan datang. Kita tidak bisa memulainya tanpa mereka. Semuanya harus melihat putri kita," ucap Ratu Elvisa menatap lorong yang menghubungkan pintu masuk istana dengan aula utama.

"Baiklah." Raja Altas akhirnya mengalah.

Sementara Edward sedari tadi memperhatikan satu persatu tamu yang datang. Memastikan tidak ada yang mencurigakan atau mengancam kelancaran acara ini.

"Sepertinya kau sangat sibuk," seru seseorang yang muncul di samping Edward. "Dimana adikmu?" tanyanya.

"Apa yang kau inginkan Pangeran Daniel? Menggoda adikku seperti kau menggoda wanita-wanitamu?" tanya Edward sinis. Daniel tertawa pelan.

Edward sangat tahu sifat dari putra Raja William itu. Sosok pangeran yang sangat licik dan senang mempermainkan semua wanita cantik yang ditemuinya. Tentu saja Edward tidak akan membiarkan pangeran kurang ajar itu mendekati adiknya, maksudnya dan lebih tepatnya gadis itu -Elena.

Daniel menghentikan tawanya. "Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin melihat wajahnya yang cantik, tubuhnya yang indah dan kulitnya yang lembut saat kusentuh."

"Aku akan membunuhmu jika kau berani menyentuhnya," ingat Edward semakin jengkel dengan pangeran licik itu.

"Dia hanya adikmu, tenanglah! Pastinya seorang putri membutuhkan seorang pangeran sebagai pendamping hidupnya. Dan aku adalah pangeran yang tepat untuk itu." Daniel tersenyum iblis dan Edward mendelik tajam menatapnya.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang