Chapter 48

622 56 7
                                    

Saat ini Elena sudah sampai di istana, tempat tinggalnya sekarang. Ia harus membiasakan diri dengan orang-orang yang menunduk hormat saat bertemu dengannya. Memanggilnya dengan santun dan melayaninya sebaik mungkin tanpa kesalahan. Meski Elena merasa sedikit sungkan menerima semua sikap hormat dan perhatian para pelayan dan juga prajurit.

Kini Elena berjalan di lorong utama istana, beberapa patung berbaris rapi di sisi lorong itu, terkesan klasik dan mewah. Istana ini begitu besar dan megah, sungguh tempat tinggal impian semua orang. Tapi bagi Elena, ini bukanlah impiannya. Yang ada sekarang hanyalah ketakutannya terhadapa Edward.

Lalu dilihatnya seorang pria yang sangat-sangat Elena hindari dari kemarin melangkah tegas menuju ke arahnya. Edward menatapnya dengan tatapan membunuh, untungnya pria itu tidak membawa pedangnya. Entah mengapa sekarang Elena merasa takut, berbeda sekali saat Edward ingin membunuhnya waktu itu—saat itu Elena sama sekali tidak merasa takut seperti sekarang ini.

Elena berhenti saat Edward sampai di hadapannya. Bahkan menatapnya pun Elena enggan dan memilih untuk menunduk. Sungguh ini bukan dirinya. Di mana Elena yang dulu selalu menatap tajam setiap orang?

“Kakimu belum sembuh, kenapa kau memakai sepatu? Lepaskan!” titah Edward tegas.

“Jangan pedulikan aku!” ucap Elena lalu melangkah melewati Edward, namun pria itu mencekal lengannya kuat.

“Kau berani membantah kakakmu?” tanya Edward keras.

“Sebutan penjahat lebih cocok untukmu daripada sebutan kakak.” Elena masih enggan menatap mata hijau Edward.

Edward berusaha meredam emosinya. “Aku tidak sadar apa yang telah aku lakukan padamu. Kau tahu aku meminum anggur terlalu banyak, aku tidak bisa mengendalikan diriku,” balas Edward melepas cekalannya.

“Yang tidak bisa kau kendalikan adalah perasaanmu,” tandas Elena. Kemudian berlalu dari hadapan Edward.

Edward akui itu benar. Perasaannya tak terkendali dan tidak bisa menahan diri. Sikapnya terhadap Elena terlalu berlebihan, apakah itu yang disebut possesive atau overprotektif? Entahlah. Edward hanya tidak ingin Elena terluka atau jauh darinya. Tidak ingin terjadi apapun pada gadis itu. Kepergian Elena ke akademi cukup membuat Edward cemas sendiri di dalam kamarnya sedari pagi.

“Kau bertengkar dengan Elena?” tanya seseorang yang diyakininya adalah Alexander.

“Bukan urusanmu,” ucap Edward dengan sinis.

James mengeryit. Dari sorot mata Edward terlihat sangat membencinya. Padahal kemarin mereka tidak ada masalah apapun.

“Untuk apa kau datang lagi?” tanya Edward.

“Aku datang untuk bertemu Elena,” balas James mengeryit, semakin tidak paham dengan perkataan Edward. Terlihat begitu tidak suka jika dirinya ada di sini.

“Seharusnya kau paham, sekarang yang menjadi kakaknya adalah aku, bukan kau.” Edward pun berakhir pergi begitu saja.

James merasa aneh dengan sikap Edward. Terutama tatapannya yang penuh kebencian dan—kecemburuan, entahlah. Mungkin pria itu tidak suka jika James masih menganggap Elena sebagai adiknya.

Kedatangan James kemari hanya berniat bertemu dengan Elena. Ia tidak peduli tentang lamaran yang diajukan oleh ayahnya. Meski Raja Altas telah membicarakan langsung dengannya kemarin. James sama sekali tidak membantahnya, karena tergantung keputusan Elena.

Sekarang James pun melenggang pergi menemui Elena, ia rindu menghabiskan waktu bersama dengan gadis itu. Meski sekarang James bukan lagi berstatus sebagai kakaknya, setidaknya hubungannya dengan Elena tidak berakhir begitu saja.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang