Chapter 10

1.6K 121 10
                                    

James memijat pelipisnya sambil berbolak-balik di dalam kamarnya. Ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Ia sudah seperti orang yang sedang kesetanan.

Entah bagaimana, perasaan James saat ini sedang bercampur aduk dan seperti ada yang menyumbat dadanya. Apa ini? Tidak mungkin kan ia sudah gila? Biasanya ia tidak pernah seperti ini. Baik, kecemasan ini membuatnya benar-benar gila.

Bayangan Elena dan perkataannya waktu lalu di ruang tengah kembali memenuhi pikirannya. Tidak mungkinkan Elena jatuh cinta sungguhan?

Mengingat Elena sangat anti dekat dengan seseorang apalagi berbicara ataupun melakukan sebuah obrolan basa-basi. Elena paling tidak suka itu. Dan tidak pernah peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Baik itu tampan atau jelek, Elena tetap tidak peduli dan mengabaikannya.

Jadi James menyimpulkan bahwa Elena hanya bercanda dengan ucapannya. Tapi kekhawatiran kembali menghantam perasaan James. Bagaimana kalau itu benar-benar terjadi pada Elena. Adiknya itu jatuh cinta. Kenapa ia harus setakut ini?

"Oh James berhentilah," ucapnya sekali lagi dan memperingati dirinya agar tidak berpikiran macam-macam.

Entah bagaimana perasaanya tidak bisa merelakan Elena jatuh cinta pada orang lain. James belum siap melepaskan Elena bersama dengan orang yang telah membuat gadis itu mengalami perasaan cinta.

Entahlah, khawatir karena Elena mulai berinteraksi dengan seseorang atau mungkin karena alasan lain. James tidak tahu, intinya perasaannya begitu aneh dan sekarang jantungnya berdebar dua kali lipat lebih cepat. Seolah itu adalah sebuah ketakutan.

Cekleek

Pintu kamar James tiba-tiba terbuka membuat James menoleh, berdiri sosok Elena di ambang pintu kamarnya. Seperti biasa gadis itu tidak mengetuk pintu terlebih dahulu.

Elena melangkah mendekati James lalu duduk di atas kasur tanpa mengatakan sepatah katapun. James hanya memperhatikan kelakuan Elena tanpa berniat untuk membuka suaranya. Entah kenapa ia menjadi aneh menatap Elena. Biasanya ia akan mengatakan 'hey', atau 'ada apa' dan lainnya lagi jika sedang berhadapan dengan Elena. Tapi —

"Ada apa denganmu?" tanya Elena, karena dari tadi pria bermata hazel itu hanya memandanginya saja. Tidak biasanya. Ada yang aneh dengan tatapan James —begitu lekat.

James pun memberikan senyuman dan mendekat. "Aku baik-baik saja," ucapnya tidak begitu yakin dan duduk di sebelah adiknya itu.

"Aku tidak suka mendengar kebohongan," kata Elena menatap James datar.

James mengehela nafas. "Baiklah, aku memikirkan... pekerjaanku saja. Hanya itu," balasnya ringan.

"Apa kau dipecat?" tanya Elena cepat.

James menggaruk tekuknya merasa tidak nyaman. "Tidak! Hanya saja perkerjaanku kurang bagus akhir-akhir ini," ucap James menyengir. Ya, ia berbohong. Tapi berhasil membuat Elena mengangguk kecil.

Tiba-tiba saja suasana menjadi hening. James kembali menatap Elena yang mengeryit curiga.

"Baiklah lupakan soal itu. Dan kau. Kau tidak membuat masalahkan di sekolah?" tanya James.

"Tidak! Tapi aku telah —maksudku, aku tidak sengaja membuat tangan seorang siswi hampir remuk," jelas Elena berusaha jujur. Sama sekali ia tidak berani menatap mata James karena takut melihat ekspresi seramnya ketika marah. Mungkin saja itu akan terjadi.

James menyentuh rahang Elena dan memutarnya agar menatapnya. Ekspresi James sama sekali tidak menunjukan kemarahan. Dia tersenyum sembari menangkup wajah Elena yang dingin.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang