Chapter 45

600 60 4
                                    

Sudah keenam kalinya Elena meneguk cairan merah kental itu dari gelas kaca yang berukuran sedang. Seakan masih belum puas, ia menyodorkan gelas yang telah kosong itu kembali pada Edward yang sedari tadi menuangkan darah segar untuknya.

Edward yang melihat kelakuan Elena hanya bisa tersenyum kecil. Gadis itu begitu sangat kelaparan hingga sekitar mulutnya berlumuran darah, terlihat sangat lucu dan menggemaskan.

“Darah apa ini?” tanya Elena kemudian meminumnya hingga tandas. Karena rasanya bukan seperti darah yang ia rasakan pada Edward ataupun darah manusia. Rasanya gurih dan manis.

“Darah yang dicarikan khusus untukmu, kau terlihat sangat menyukainya.” Edward tersenyum kemudian mengambil serbet di atas meja dan mengelap sudut-sudut bibir Elena, membuat gadis itu tertegun hingga mematung.

“Biar aku saja.” Elena mengambil alih serbet itu lalu mengelap mulutnya sendiri, ia merasa malu terlihat seperti seorang gadis kecil yang tidak bisa menyantap makanan dengan baik.

Senyuman Edward semakin lebar melihat tingkah Elena. “Gadis kecil yang lucu,” gumamnya sembari mengertakkan giginya gemas, mengingat Elena masih berusia 18 tahun, terlalu muda jika dibandingkan dengan wanita duvel lainnya.

Elena mendongakan kepala sedikit ke samping, di mana Edward berdiri sementara ia duduk di kursi. Ia mendengar gumaman pria itu. “Aku bukan anak kecil,” lirihnya lalu meletakan kembali serbet di atas meja.

“Sejujurnya...,” Edward menjeda kalimatnya sembari mencondongkan wajahnya dan memandang mata merah Elena intens. “Kau terlihat seperti putri kecil cantik yang menggemaskan, membuat gigi-gigiku ingin menggigitmu,” lanjutnya sembari membayangkan wajah Rose sewaktu kecil.

“Kau seorang penjahat yang menyebalkan, Edward.” Elena mengalihkan pandangannya.

“Hei!” kata Edward lalu memutar dagu Elena agar menghadapnya. “Kata penjahat tidak cocok untukku,” protesnya.

Elena terdiam, dagunya masih ditopang oleh tangan pria itu agar terus menatapnya. “Dari dulu aku sudah menganggapmu sebagai penjahat, aku tidak pernah lupa dengan orang yang selalu mengincar nyawaku. Yeah, kusadari sekarang penjahat itu telah berubah menjadi seorang kakak yang baik.”

Elena membuat Edward terpaku karena perkataannya. “Kau juga harus menjadi adik yang baik untukku, jangan sekali-kali membantah atau membuatku kesal, okay?” Ia menatap Elena dengan serius lalu menyentuh singkat hidung mungil gadis itu dengan jari telunjuknya.

Elena mengusap hidungnya sembari menatap pria itu tajam. “Apakah kau akan sering melakukan itu padaku?” tanyanya. “Itu menggelikan,” sambungnya jengkel dan nadanya tetap dingin.

Sudut bibir Edward tertarik. “Mungkin akan menjadi hobiku,” ucapnya lalu bersedekap dada.

“Terserah,” Elena berkata pelan dan tidak peduli, kemudian berdiri dari kursi lalu melangkah ingin pergi dari hadapan pria itu.

“Tunggu, aku punya kejutan untukmu,” ucap Edward tersenyum misterius.

Elena hanya mendelik ke arah Edward. Lalu ia mendengar suara langkah kaki seseorang, sontak matanya membulat besar dan tertegun cukup lama melihat kedatangan seorang pria yang sangat ia rindukan.

“Semuanya baik-baik saja, Elena,” lirih pria itu semakin mendekatinya.

“James,” seru Elena melangkah memeluk tubuh tegap pria itu sembari bernapas lega dan bahagia. Tiba-tiba cairan bening membasahi pelupuk matanya.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang