Chapter 9

1.6K 134 3
                                    

"Bolehkah aku mengenal dirimu lebih jauh lagi?"

"Tidak"

"Mengapa?"

"Tidak ada gunanya."

Keheningan pun kembali menyelimuti ruangan penuh rak itu. Sean menghela nafasnya pasrah dan hampir merasa putus asa. Sudah banyak pertanyaan yang ia berikan pada Elena, mencoba untuk melakukan pendekatan.

Tapi gadis itu hanya menjawab tidak, tidak dan tidak. Jika ia bertanya lagi, sudah pasti jawabannya 'tidak'. Tapi Sean tidak akan menyerah secepat itu, karena sekarang ia bertekad untuk melumpuhkan hati Elena yang terlalu beku untuk dicairkan.

"Apa kau tahu?" tanya Sean lagi.

"Tidak."

"Aku belum memberitahumu," kata Sean sedikit kesal dengan sikap dingin gadis itu.

"Jangan mengatakan apapun lagi," kata Elena santai, masih terpaku pada bukunya.

"Tapi aku akan tetap mengatakannya," ucap Sean bersikeras. Namun Elena tetap diam dan masih sibuk membaca. Tapi kemudian Sean terdiam sejenak sebelum berbicara lagi.

"Aku ingin memberitahumu sesuatu tentang roses," ucap Sean tersenyum misterius. Elena pun menaikkan salah satu alisnya di balik rambut hitam yang selalu menutupi setengah wajahnya.

Karena merasa sedikit penasaran Elena pun akhirnya menutup dan meletakkan bukunya. Lagi pula perkataan Sean berkaitan dengan bunga yang selama ini melekat pada dirinya.  Sekarang ia memandang Sean dengan datar. Ingat, garis bawahi sedikit penasaran.

"Well, aku sudah lelah untuk tidak peduli, jadi katakan," kata Elena dingin dengan rasa sedikit penasarannya. Karena perkataan Sean pastinya mengandung sebuah arti.

Sean pun tersenyum puas bisa mengambil alih perhatian Elena. Demi apa gadis itu sekarang terlihat ingin menyimaknya.

Sean sedikit mencondongkan badannya untuk mendekat. "Bunga cantik itu selalu ingin kudapatkan. Meski beberapa kali gagal karena aku tidak bisa menyentuhnya," jelas Sean tersenyum ringan. Elena semakin mengerutkan dahinya, karena penjelasan Sean masih belum jelas menurutnya.

Sean tersenyum memandang Elena yang terlihat kebingungan. "Temui aku jika kau sudah tahu maksudnya," lanjutnya lagi dan tersenyum kecil. Ia pun menarik badannya dan mengecek arlojinya setelah itu beranjak dari tempatnya. Sean merasa puas, untuk pertama kalinya ia melihat gadis itu bingung dalam diamnya.

Setelah sekian lamanya hampa, kini rasanya kepala Elena terbebani oleh perkataan bodoh Sean.

Elena menatap punggung Sean dengan tatapan yang sulit diartikan dan sambil memikirkan maksud dari perkataannya. Teka-teki seperti apa itu? Apa yang harus Elena mengerti? Sean pun lenyap dari pandangannya matanya.

Sean ingin berusaha mendapatkan seseorang tapi tidak bisa ia dapatkannya dengan mudah. Batin Elena berbicara.

Dan ya, itu maksud Sean. Mungkin. Tapi Elena belum yakin. Sekarang, pertanyaannya adalah siapa orang yang digambarkan Sean sebagai bunga mawar itu? Entah mengapa Elena yakin jika itu adalah dirinya.

Oh no Elena, you don't be confident

Merasa jengkel dengan semua permikiran yang muncul di kepalanya, Elena pun segera meraih tasnya dan beranjak meninggalkan perpustakaan. Sebelumnya ia harus meletakkan buku yang ia pinjam kembali ke tempatnya. Lalu mencari keberadaan Sean, dan entah sejak kapan ia mulai peduli dengan pemuda itu dan juga perkataan bodohnya.

Setelah beberapa menit Elena mencari Sean. Bel pun berbunyi dengan nyaring menggema ke seluruh penjuru sekolah, tanda bahwa sekolah hari ini sudah berakhir dan kembali dilanjutkan besok. Sayangnya Elena tidak sempat mengikuti jam pelajaran terakhir karena terlalu lama berada dalam perpustakaan. Ya, Elena membolos bersama dengan Sean.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang