Chapter 22

946 89 4
                                    

James sudah melarang Elena untuk tidak pergi ke sekolah hari ini karena ia masih sangat khawatir. Meskipun Elena sudah menyakinkannya bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Namun tetap saja James tidak bisa berhenti untuk khawatir.

"Tidak akan terjadi apa-apa." Elena pun hendak keluar dari mobil, namun James menahan lengan gadis itu hingga menatapnya kembali.

"Tersenyumlah, aku tidak akan khawatir lagi," pinta James sembari menunjukan senyum kecilnya.

Elena pun tersenyum singkat namun tipis terlihat terpaksa lalu keluar dari dalam mobil. Gadis itu tidak akan pernah bisa tersenyum sesuai harapannya. Lalu James menjalankan mobilnya pergi dari sana. Meskipun rasa khawatir masih menghantuinya.

Sementara Elena dengan cepat memasuki gedung sekolah. Suasananya tidak terlalu ramai mengingat ini masih sangat pagi. Ia pun terus melangkah menuju kelas pertamanya hari ini.

Namun, tiba-tiba saja seseorang menariknya ke dalam sebuah kelas yang kosong. Tubuhnya dihempaskan dan disudutkan ke dinding. Elena bisa melihat senyum miring yang ditunjukan oleh pemuda pirang itu.

Tatapan tajam pun Elena layangkan pada Max yang semakin menghimpitnya. Jika saja bajingan itu macam-macam dengannya, ia bersumpah akan membunuhnya.

Max pun menempelkan telapak tangannya di dinding sembari tersenyum nakal. Senyuman yang membuat Elena muak sehingga ingin rasanya merobek wajah itu.

"Apa kau ingin menggodaku lagi? Aku bisa berbuat apapun padamu jika kau macam-macam," ancam Elena dengan nada dingin andalannya.

Max tersenyum seolah tidak peduli terhadap ancaman itu. "Tapi sayangnya aku menarikmu ke sini tidak untuk itu. Tapi aku tidak akan keberatan menggodamu lagi," ucapnya sembari mengangkat tangan kanannya. Berniat untuk menyentuh wajahnya, tapi dengan gerakan cepat Elena menahan tangan Max sebelum menyentuhnya.

"Katakan saja apa maumu." Elena menghempaskan tangan Max menjauh.

Max menarik sudut bibirnya. "Aku ingin menunjukan sesuatu yang belum kau ketahui tentang Sean," jelasnya dan menarik tubuhnya menjauh dari Elena.

Max pun mengeluarkan ponselnya lalu menunjukan sebuah poto padanya. Seketika matanya membulat sempurna, tidak percaya apa yang ia lihat. Sebuah poto di mana Sean sedang menindih seorang gadis pirang dan mereka seperti ingin berciuman.

Brengsek, batin Elena dengan penuh kebencian. Bahkan rasanya ia ingin merampas ponsel Max dan membantingnya keras-keras ke lantai.

Max kembali menarik sudut bibirnya. "Cemburu, huh?" tanyanya sembari memasukan ponselnya kembali ke saku celananya.

Elena mengalihkan pandangannya lalu terdiam sesaat sembari manahan sesuatu yang menyakiti perasaannya. Ini bukti bahwa Elena tidak bisa menghapus perasaan sialan itu. Mungkin ia akan kalah dari perasaannya sendiri, perasaan itu seolah menyiksanya setiap saat. Apalagi sekarang ia melihat pemuda itu bersama gadis lain.

"Well, itu sangat menyakitkan," kata Max sembari menyentuh bahu Elena lembut, seolah memberi semangat. "Sepertinya Sean sudah tidak memiliki perasaan lagi padamu." lanjutnya.

Elena menepis tangan Max dari bahunya lalu menatap pemuda itu dengan tatapan yang tajam. Namun Max sama sekali tidak takut dengan tatapan mautnya.

"Sean bukan urusanku lagi," ujar Elena menekankan dan kembali memalingkan wajahnya.

"Ohh, jadi kau...," Max menjeda perkataannya dan mendekati Elena dengan tatapan yang menyebalkan sembari memutar dagu Elena agar menatapnya kembali. "Kau tidak cemburu dengan hal itu, ya?"

Max pun mendekatkan wajahnya. Namun, dengan gerakan cepat Elena mengubah posisi mereka, menghantamkan punggung Max ke dinding dan menatapnya dengan tatapan menikam.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang