Chapter 8

1.6K 153 5
                                    

Elena memasuki sebuah ruangan sunyi yang dipenuhi oleh rak penyimpanan buku. Ia akhirnya memilih perpustakaan untuk ia singgahi. Lagi pula Sean sedang bersenang-senang dengan seorang gadis. Jadi Elena datang kemari untuk tidak menganggu pemuda itu.

Elena pun heran kenapa ia tidak melihat satupun siswa ataupun siswi yang mengunjungi perpustakaan, mungkin siswa-siswi di sekolah ini tidak terlalu tertarik berada dalam ruangan yang menurut mereka membosankan ini. Tapi bagi Elena di sinilah ia bisa mencari kesenangannya, dan tentunya sendirian.

Elena melangkah menyusuri rak-rak yang menjulang hampir menyentuh langit-langit. Jemari lentiknya menelurusi setiap buku dan akhirnya berhenti pada sebuah buku yang menarik perhatiannya. Sebuah buku yang berjudul The Diary of Young Girl karya Anne Frank. Sebuah buku diary yang diterbitkan. Tidak sangka perpustakaan sekolah menyediakan buku yang berkualitas seperti ini.

Elena pun mulai membuka dan membacanya, ia masih berdiri di sana tanpa berniat untuk pindah ke tempat duduk yang sudah tersedia. Sebuah buku membuat Elena melupakan segalanya. Bahkan ia juga lupa dengan Sean.

Elena tampak asik membaca di tengah sunyinya ruangan. Bahkan perpustakaan itu memiliki bola lampu yang tidak cukup terang, namun tidak sampai membuat Elena kesulitan ataupun terganggu dalam kegiatan membacanya. Elena merasa nyaman berada di sini dengan sebuah buku di tangannya.

Tiba-tiba sebuah tangan memeluk lehernya, Elena harap itu bukan makhluk jadi-jadian atau hantu yang menyamar menjadi manusia. Tapi meskipun pemikirannya seperti itu, ia tidak pernah percaya. Elena tetap tenang dan tidak panik. Orang itu menopang dagunya di atas kepala Elena.

Apakah Elena sependek itu? Tidak! Orang itu yang memiliki postur tubuh yang begitu tinggi.

"Maafkan aku Elena."

Elena menyentuh tangan itu dan melepaskannya. Elena berbalik mendapati Sean dengan wajah bersalahnya, dan juga rambut yang berantakan.

Ya, Sean akan mengacak rambutnya jika dilanda kepanikan seperti ini. Mencari Elena begitu sulit, jika ini adalah permainan petak umpet sudah pasti gadis itulah pemenangnya. Tapi akhirnya Sean bisa menemukan Elena di ruangan penuh rak buku ini. Mengingat Elena sangat suka ketenangan dan juga buku.

"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Elena sedikit mendongakan kepalanya memandang Sean dengan jarak yang begitu dekat.

"Aku...," jedanya.

Tidak! Tidak mungkin Sean bilang bahwa alasannya meminta maaf karena Elena cemburu. Oh... Sean kau terlalu percaya diri mengatakan hal itu. Bagaimana jika itu tidak benar?

"Maksudku, kenapa kau tidak menyusulku?" tanyanya.

"Jika itu alasannya, seharusnya aku yang meminta maaf," ujar Elena pelan. Sean pun terdiam kikuk.

"Dan aku tidak pernah bilang ingin menyusulmu," lanjut Elena dan melangkah meninggalkan Sean yang memasang tampang bodohnya.

Sean pun dengan cepat mencekal pergelangan tangan Elena. "Aku tahu tadi kau datang. Apa alasanmu akhirnya pergi?"

Elena berbalik menghadap Sean. "Kenapa kau menanyakan hal yang tidak penting?"

Sean sudah tidak tahan lagi. "Tidak penting? Katakan saja jika kau merasa cem..."

"Banyak orang dan aku benci," balasnya dingin memotong perkataan Sean. Elena tau apa yang ingin dikatakan oleh pemuda itu.

Elena pun menarik tangannya dari cekalan Sean. Apa yang baru saja dikatakannya itu tidak sepenuhnya berbohong. Ia hanya tidak mau menganggu kesenangan Sean dengan seorang gadis, entahlah mungkin pacar Sean yang sebenarnya.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang