Chapter 49

645 61 14
                                    

Elena duduk gelisah di tempat duduknya. Sementara Raja Altas yang duduk di kepala meja makan hanya menatap datar dan dingin. Suasana hening yang terjadi di sana terganggu karena suara dentingan piring dan sendok yang Edward lakukan untuk mengusir kebosanan dan juga kekesalannya.

“Edward, bisakah kau tidak lakukan itu?” tegur Ratu Elvisa tiba-tiba datang untuk bergabung. Lalu mengambil tempat di sisi kanan Raja Altas, tepatnya di samping kiri Elena.

Edward meletakan sendok yang dipegangnya secara sembarangan. “Kenapa kalian harus melakukan ini? Tidakah kalian bisa akhiri ini sebelum semuanya terlambat?” tanya Edward menatap bergantian ayah dan ibunya dan juga sekilas memandang Elena. Edward yakin kedua orang tuanya tahu apa yang dimaksudnya.

“Karena kaulah kami melakukan ini sebelum semuanya terlambat,” balas Raja Altas menatap putranya dengan tajam.

Elvisa menggenggam tangan Altas, memperingati suaminya agar tidak membahasnya lebih lanjut, atau mereka akan berakhir dengan pertengkaran yang hebat. Elvisa sangat tahu watak Altas yang tidak akan segan-segan menghukum putra mereka. Apalagi mendengar kata bantahan atau melanggar aturannya.

Sementara Elena tidak memperdulikan pembicaraan Edward dengan ayahnya. Elena terlalu sibuk berpikir untuk menghadapi suasana yang akan terjadi nanti.

Sebenarnya mereka diundang atau datang secara sengaja?

Tak lama kemudian terdengar decitan pintu besar ruangan itu terbuka, hal tersebut sukses membuat jantung Elena tidak bisa berhenti berdebar dengan kencang. Terlihat seorang pria berambut perak yang masih tampak muda terlihat ramah, lalu disebelahnya berdiri seorang wanita berambut coklat dengan pandangan angkuh. Elena yakin pria itu adalah Raja Morgan beserta istrinya, lalu di mana James?

“Akhirnya kalian datang.” Raja Altas pun berdiri menyambut kehadiran mereka.

“Tidak kusangka kalian menunggu kami begitu sabar,” ucap Raja Morgan menyunggingkan senyumannya sembari berjalan mendekati meja makan.

Berbeda dengan Ratu Irina yang selalu menatap angkuh dengan kewibawaannya yang super tinggi. Wanita itu memang selalu tampil sempurna dan menjaga nama baiknya sebagai seorang ratu. Raja Morgan pun sampai mewanti-wanti istrinya agar tidak terlalu berlebihan dalam bersikap.

“Silahkan duduk,” Ratu Elvisa mempersilahkan sembari tersenyum ramah.

Raja Morgan mengambil tempat yang berlawanan dengan Raja Altas, sementara Ratu Irina duduk di sisi kanannya.

“Omong-omong di mana putraku?” tanya Raja Morgan.

“Bukankah dia sudah ada di sini sejak tadi siang?” timpal Ratu Irina sembari mengeryit.

Semuanya mendadak hening, Ratu Elvisa dan putranya Edward saling bertukar pandang. Namun tak lama setelah itu suara decitan pintu kembali terdengar dan terlihatlah sosok yang sedang dibicarakan.

“Maaf, aku terlambat,” lirihnya sembari melangkahkan mendekat.

“Dari mana saja kau?” tanya Raja Morgan begitu melihat kehadiran putranya.

“Aku mencari hadiah untuk Putri Elena,” balasnya setelah menduduki tempat duduk di tengah-tengah Edward dan ibunya.

Ratu Irina merasa lega putranya tidak kabur dan pergi. Atau ia akan gagal menikahkan putranya dengan putri cantik yang terlihat terus menundukan kepalanya itu.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang