Chapter 7

1.8K 166 6
                                    

Sean memandang kosong ke arah luar jendela, tampak hujan salju turun menyelimuti bumi malam itu. Ia pun menghela nafasnya, menyebabkan kaca jendela yang ada di hadapannya tampak kabur.

Seulas senyuman pun tercipta di bibirnya, hujan salju membuatnya ingat seseorang yang belum lama ini menyentuh kehidupannya. Seorang gadis yang sama dinginnya dengan salju di luar sana.

Sebelumnya tak pernah terpikir oleh Sean untuk tertarik atau pun memikirkan seorang gadis, hal itu membuat teman-temannya menganggapnya adalah seorang gay. Meskipun begitu, tidak sedikit gadis yang mengejar dirinya.

Menurut Sean semua gadis itu merepotkan, karena selama ini Sean kerap kali melihat gadis-gadis yang manja dan haus akan kata-kata manis. Jangan lupa mereka selalu mementingkan penampilan hingga berdandan berlebihan hanya untuk tampil menarik dan memikat. Terlebih lagi sifatnya yang cerewet dan selalu ingin mendapat perhatian. Gadis-gadis seperti itu sangat menyebalkan.

Tapi pemikiran Sean berubah saat bertemu gadis berwajah datar seperti Elena. Gadis itu terlihat tidak peduli dengan urusan orang lain dan tentunya tidak mudah tertarik dengan berbagai macam rayuan. Mengingat ia gagal meluluhkan hati gadis yang super dingin itu. Membuat Sean semakin penasaran dan ingin sekali menaklukkan hati Elena. Sampai Sean tidak bisa membayangkan jika suatu hari nanti ia benar-benar membuat Elena menjadi kekasihnya.

Hah... tidak mungkin ia tertarik dengan Elena. Bisa-bisa ia nanti mati gaya terus berdekatan dengan gadis itu. Mengobrol pun dengan Elena terasa bicara dengan patung. Sulit dipercaya.

Sean pun menggeleng-gelengkan kepalanya sembari terseyum memandang jendela.

"Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya seorang wanita menyentuh bahunya.

Sean pun sedikit terkejut mendapati ibunya. "Kau mengejutkanku bu," ujarnya lalu tersenyum kecil.

Gracie pun tersenyum, tidak biasanya melihat putra tunggalnya bertingkah seperti itu.

"Ibu lihat akhir-akhir ini kau sering melamun, apa ada masalah?" tanyanya penasaran.

"Tidak ada," balas Sean, padahal ia sedang memikirkan Elena.

"Jangan berbohong! Ibu tahu kau sedang memikirkan seseorang. Ayo katakan siapa yang kau pikirkan?" pinta ibunya dengan nada memaksa.

"Ibu, sudah aku bilang aku tidak memikirkan siapapun." Sean tetap bersikeras.

"Dasar keras kepala," ucap Gracie gemas mengusap kepala anaknya.

"Ya sudah, ibu yakin kau sedang memikirkan seorang gadis. Jangan lupa kenalkan pada ibu," kata Gracie mengusap punggung Sean sembari tersenyum.

"Terserah ibu saja," kata Sean terkekeh kecil memandang wanita paling disayanginya sedunia itu.

Gracie pun berlalu ke dapur untuk memasak makan malam, mengingat suaminya akan pulang malam ini. Gracie teringat kembali saat ia melihat Sean tersenyum pada jendela. Sangat tidak biasanya, ia rasa putranya itu sudah jatuh hati atau jatuh cinta?

•••


Rasanya malas sekali menginjakkan kaki di tempat ini lagi. Begitu banyak siswa-siswi yang tak lepas dari omong kosong mereka, yang bergosip tidak sesuai faktanya. Dengan langkah berat Elena berjalan memasuki gedung sekolah.

Elena yang tak luput dari tatapan semua orang, membuatnya selalu menundukkan kepalanya dan melangkah secepat mungkin menghindari orang-orang yang menatapnya tidak suka.

Betapa terkejutnya Elena mendapati Sean yang meraih tangannya, menautkan jemarinya di jemari Elena. Membuat ia harus berhenti melangkah, kini tatapan semua orang hampir tertuju pada mereka berdua.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang