Chapter 14

1.1K 106 1
                                    

Sean melihat Elena beranjak dari kelas mendahuluinya. Gadis itu memang benar-benar tidak ingin dekat dengannya.

Maka dari itu Sean sedikit menjaga jarak agar Elena tidak merasa terganggu dengan dirinya. Sean sudah tahu dari awal gadis itu memang membencinya. Tapi Sean terlalu nekad mendekati Elena hingga membuat gadis itu semakin membencinya.

Sean pun mulai mengikuti Elena, tanpa sepengetahuan gadis itu. Namun Alice, gadis menyebalkan itu melihatnya dan berlari kecil menuju ke arahnya. Seperti biasa gadis itu melingkarkan tangannya pada lengan Sean tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu.

"Sean, kau mau kemana? Buru-buru sekali," ucap Alice sangat manis sembari menyandarkan kepalanya di bahu Sean.

"Alice aku mohon," ucap Sean merasa malas berusaha melepas paksa tangan Alice dari lengannya.

Alice berdecak kesal tidak terima dengan perlakuan Sean. "Sean, lihat aku! Apa kurangnya aku dibanding Elena? Bahkan aku lebih baik dari gadis aneh itu," katanya sedikit kesal.

Sean menatap Alice sangat tajam. "Karena aku tidak memiliki perasaan apapun padamu. Kau tidak bisa memaksaku untuk menyukaimu," balas Sean dan berakhir meninggalkan Alice yang semakin kesal karena ucapannya.

Sean mencari Elena dan benar saja gadis itu menghilang. Ini gara-gara Alice. Sean mengacak rambutnya sendiri dan beranjak dari sana. Ia harap Mrs. Joanna tidak melihatnya saat ini. Semoga wanita tua itu sibuk di ruangannya.

Sean menuju kantin dan duduk sendirian di dekat jendela kantin. Sesekali ia menghela nafas. Sean baru saja menyelesaikan makan siangnya dan ia sama sekali tidak melihat Elena memasuki kantin. Dimana gadis itu?

Kemudian seseorang menepuk bahunya cukup keras. Sean yakin itu Max. Pemuda pirang itu sekarang duduk tepat di depannya.

"Kenapa kau terlihat frustasi? Kau stress ya?"
tanya Max sedikit tertawa. Sahabatnya itu memang menyebalkan.

"Tidak, aku hanya, maksudku Elena menghilang lagi," ucap Sean lesu setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya.

"Elena lagi rupanya. Kenapa gadis itu selalu lepas darimu?" tanya Max yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Sean.

"Aku semakin curiga padamu, kau tidak memaksa Elena menjadi kekasihmu kan?" tanya Max lagi.

Sean mendongakan kepalanya menatap Max. "Max, bisakah kau berhenti berpikir seperti itu?"

"Tapi aku lihat Elena sering menghindarimu, seperti gadis itu tidak nyaman dekat denganmu. Itu yang membuatku curiga padamu," jelasnya.

Ya, Sean akui memang benar. Sean dan Elena hanya berpura-pura berpacaran. Itu semua juga gara-gara Max yang sembarangan mengklaim Sean berpacaran dengan Elena dan menyebar luaskannya.

"Kau menuduhku memiliki hubungan dengan Elena dan sekarang kau mencurigaiku telah memaksa gadis itu menjadi kekasihku. Sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Sean tidak habis pikir.

"Sean, ini demi kebaikanmu. Aku ingin kau seperti lelaki normal yang memiliki pacar. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau memang benar-benar memantapkan hatimu pada satu gadis. Aku tidak mau kau terus dicap sebagai seorang gay. Aku tidak mau semua orang mengira bahwa aku adalah pacarmu karena kau sering bersamaku," jelas Max. Pemuda pirang itu merasa geli, begitu juga Sean yang membayangkan ucapan sahabatnya itu.

"Max, aku ingin bilang sesuatu padamu," kata Sean akhirnya serius.

"Apa? Oh, sekarang kau ingin mengungkapkan bahwa kau ingin menjadikanku kekasihmu? Not! Thank you, I'm a normal man," tolak Max sebelum Sean mengatakan apa-apa.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang