Chapter 42

609 58 0
                                    

Penuturan Altas membuat Elvisa bungkam, tiba-tiba merasakan sesuatu yang besar menghantam dadanya. Hingga air mata perlahan mengalir membasahi wajahnya lalu kembali menatap Altas dengan pandangan yang sulit diartikan.

Altas yang merasa kekuatan Elvisa melemah, langsung melepaskan dirinya dari jeratan tanaman liar itu. Lalu perlahan menghampiri Elvisa yang mematung di tempatnya setelah mendengar semua hal yang selama ini ditutupinya.

“Jangan mendekatiku!” titah Elvisa mencegah.

“Aku tahu kau tidak bisa menerimaku setelah mendengar semuanya. Aku menyesal Elvisa, maafkan aku.”

Seorang Altas meminta maaf adalah hal yang sulit dipercaya oleh Elvisa. Selama ini pria itu mengabaikannya, tidak peduli putri mereka masih hidup atau tidak. Ia tahu seberapa dingin pria itu, seberapa kejam suaminya selama ini. Tapi Elvisa tidak pernah meragukan kesetiaan Altas terhadap dirinya.

Elvisa menatap Altas dengan pandangan penuh kekecewaan. “Kau mengkhianatiku dan ingin membunuh putrimu sendiri.”

“Aku melakukan itu untuk menebus kesalahanku padamu,” terang Altas menatap datar Elvisa yang tatapannya begitu rapuh.

Elvisa menggeleng lemah. “Apakah kau tidak punya perasaan? Gadis itu putri kita, aku bisa merasakannya saat aku memeluknya. Kau tidak bisa membantah hal itu,” tuturnya.

Elvisa bisa merasakan getaran aneh melanda tubuhnya saat ia memeluk gadis itu, dan juga aroma yang begitu khas seperti yang dimiliki Rose. Meski Elvisa sekarang tahu Elena terlahir karena hubungan Altas dengan wanita lain, tapi perasaannya lebih sakit mengetahui Altas mengkhianatinya dibanding mengetahui putrinya dilahirkan oleh wanita yang Altas cintai.

“Ibu benar. Aku selalu merasakan kehadiran Rose saat Elena berada di dekatku. Hal itu yang membuatku tidak bisa membunuhnya,” sela Edward yang sedari tadi terdiam. “Dan aku ingat saat Elena mengatakan hal yang sama seperti yang Rose katakan. Jika aku membunuhnya, sama saja aku membunuh diriku sendiri. Itu berarti sebuah penyesalan karena aku telah membunuhnya,” sambung Edwad menjelaskan hal yang selama ini tidak ia mengerti dan akhirnya ia tahu maksudnya.

Altas masih terdiam mendengar semua penjelasan itu. Dulu, ketika Altas tahu Marion telah melahirkan anak mereka, ia terlalu takut anak itu akan menghancurkan keluarganya dan ia begitu ingin membunuhnya. Karena Altas berpikir dengan membunuh Elena, ia bisa menghapus kesalahan yang diperbuatnya dan memperbaiki semuanya. Namun yang sebenarnya menghancurkan keluarganya sekaligus hati Elvisa adalah dirinya sendiri, bukan buah cintanya dengan Marion.

Altas memejamkan matanya sejenak, mengutuk semua perbuatan yang telah ia perbuat dan cuplikan masalalu memenuhi pikirannya. Lalu Altas kembali memandang Elvisa yang menatapnya tanpa ekspresi serta air matanya masih membasahi wajahnya. Perlahan ia mendekati Elvisa, kali ini tidak ada penolakan dari istrinya tersebut saat ia menyentuh wajahnya yang terlihat rapuh.

“Kau akan meninggalkanku?” tanya Altas dengan serius menatap kedua netra emerald itu sembari menyeka air mata Elvisa.

Elvisa terdiam. Yang sebenarnya Elvisa rasakan adalah ia tidak bisa meninggalkan Altas. Itu hanya sebuah ancaman agar Altas tidak berani mendekati wanita manapun. Tapi semua itu tidak ada gunanya, Altas mencintai wanita lain dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Elvisa sangat tidak suka wanita beruntung itu mendapatkan cinta seorang yang selama ini Elvisa dambakan.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang