Chapter 54

744 66 14
                                    

Elena berdiri di hadapan cermin sembari memandangi dirinya sendiri yang berbalutan gaun indah dan mengangumkan. Begitu pula rambutnya sudah tertata sedemikian rupa dan dihiasi oleh hiasan kepala yang dipadukan dengan kain selubung yang memiliki warna senada dengan gaunnya.

Berkali-kali Elena terlihat meremas sisi gaun lembut yang ia kenakan tanpa meninggalkan lecakan di sana. Seandainya Elena vampire murni, ia tidak akan merasakan denyut jantungnya yang begitu kencang saat ini.

"Kau sangat indah sayang," seru Ratu Elvisa tampak mengagumi penampilan Elena dan tersenyum haru.

Lalu diputarnya tubuh Elena menghadap dirinya dan memperlihatkan sesuatu di tangannya. "Ibu ingin kau mengenakan ini." Sebuah kalung dengan liontin merah. "Ini milik Ratu Alisha, terbuat dari batu rubi."

Elena memandanginya dengan semburat tatapan kagum. "Mengapa kau memberikannya padaku?" tanyanya.

"Karena ini telah menjadi milikmu, dan kau harus mengenakannya." Tanpa persetujuannya, Ratu Elvisa langsung memutar kembali tubuh Elena menghadap cermin untuk memasangkan kalung tersebut.

Ratu Elvisa beralih memegang kedua bahu Elena dan menatapnya melalui cermin. "Lihatlah dirimu! Kau sangat luar biasa mengagumkan."

Elena menyentuhnya liontin tersebut. "Ini sangat indah, terimakasih." Elena pun berbalik dan memeluk ibunya dengan erat.

"Sayang, kau akan merusak penampilanmu," ingat Ratu Elvisa melepas pelukannya dengan segera. Dipandanginya mata Elena yang tampak membendung air mata. "Tidak ada alasan untuk bersedih di hari bahagiamu."

Elena pun menyeka perlahan sudut matanya dan menormalkan ekspresinya. "Aku tidak akan mengecewakan Alexander untuk hari ini," ucapnya.

Senyuman Ratu Elvisa seketika terbit dan tangannya terulur untuk menutup wajah Elena dengan kain selubung. "Bagus sayang, tersenyumlah untuknya. Ibu yakin perlahan-lahan kau bisa merelakan sesuatu yang berharga dalam hatimu."

Elena memberi ibunya senyuman tipis. "Ya, aku akan belajar untuk tidak merasa terpaksa," balasnya.

"Elena!" panggil Raja Altas yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan tersebut. "Mengapa lama sekali?" tanyanya.

"Astaga kau tidak sabaran." Ratu Elvisa menatap suaminya tersebut dengan gelengan kecil serta senyuman.

"Acara pemberkatan akan segera dimulai, aku takut Edward berbuat sesuatu yang nekad," Raja Altas terdengar khawatir.

"Sebaiknya aku mengawasi Edward." Ratu Elvisa mengusap pelan lengan Elena dan berlalu.

Tinggalah Elena berserta ayahnya. Setelah itu ruangan menjadi sedikit hening. Raja Altas menatap tanpa ekpresi, begitupun Elena yang juga enggan menampakan senyuman untuk pria itu.

"Putriku sangat cantik," puji Raja Altas kemudian menujukan senyuman tipis. "Kita harus menuju taman utama."

Tidak ada tanggapan apapun dari Elena, ia segera mengambil seikat bunga mawar putih di atas meja dan kembali ke hadapan ayahnya.

"Tersenyumlah, ayah ingin kau bahagia untuk hari ini dan sampai kapan pun," katanya memandang dalam wajah Elena yang murung dan dingin.

Tetap tidak ada tanggapan. Elena segera mengamit lengan ayahnya. Saat itulah Raja Altas merasa senang. Mereka pun berjalan beriringan menuju taman utama istana.

Pintu menuju taman terbuka dengan sendirinya, Elena sekilas menatap ayahnya. Lalu dentingan piano mulai mengisi heningnya taman meski ada puluhan tamu yang memenuhi barisan kursi di sana. Perhatian mereka seketika memusat pada Elena yang kini berdiri berdampingan dengan Raja Altas di ujung lintasan menuju altar.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang