Chapter 26

894 93 5
                                    

Elean terus menjejaki bibir Sean perlahan-lahan, rasa hangat dan lembut bibir itu semakin membuat Elena tidak bisa melepaskannya. Bahkan ia tidak peduli Sean akan kehabisan udara karena perbuatannya ini. Merasakan bagaimana manisnya bibir Sean daripada darahnya.

“Sean,” lirih Elena setelah menarik lembut bibirnya dari Sean.

Sean hanya terdiam memandang bola mata bulat merah berkilauan itu. Ia sangat ingin membalas bahkan menyentuh gadis itu, namun Sean harus memikirkan semua kemungkinan yang akan terjadi ke depannya. Sean tidak ingin membuat gadis itu lebih kecewa.

“Kau tidak ingin?” tanya Elena kecewa. Sean tidak menjawab.

Elena bangkit dari atas tubuh Sean dan memandang pemuda itu penuh rasa kecewa. Ia mulai berpikir bahwa Sean merasa ilfeel dengannya, dirinya berbeda dan tidak pantas untuk siapapun. Seharusnya ia tidak meminta Sean untuk membalasnya. Pemuda itu tidak akan pernah bisa menerima semua ini.

“Seharusnya kau tidak ada di sini untukku. Sekarang kau tahu bahwa aku berbeda. Sudah kukatakan padamu aku tidak pantas,” jelas Elena tanpa memandang Sean sedikitpun.

Sean mendekat dan menarik Elena ke dalam pelukannya, Elena tidak menolaknya. “Tapi aku telah di sini untukmu dan aku mencintaimu,” ucapnya pelan.

“Aku tahu,” balas Elena.

“Aku mencintaimu bukan hanya tentang memiliki, tapi tentang pengorbanan,” Sean berkata sembari mengusap rambut hitam Elena, menopang dagunya di puncak kepala gadis itu.

“Kau mengorbankan dirimu untukku?” tanya Elena dalam pelukan hangat Sean yang tidak mampu ia tolak, mengingat ia sangat menyukai sebuah pelukan.

“Aku hanya ingin kau baik-baik saja.” Sean mencium puncak kelapa Elena cukup lama.

Elena memejamkan matanya dan memeluk Sean seerat yang ia bisa. Bahkan Sean tak ragu untuk membalasnya. Seolah mereka akan merasakan kehilangan satu sama lain seusai berpelukan.

“Aku tidak mau menjauh darimu Elena, tapi aku tidak yakin.” Sean melepas pelukan erat Elena dari tubuhnya. Rasanya sakit saat ia melakukan semua ini dan menjauh dari gadis itu.

“Karena alasan apa? Karena aku berbeda denganmu? Aku berbahaya? Atau kau sadar bahwa aku tidak pantas?” tanya Elena bertubu-tubi sembari menatap tanpa ekspresi yang tidak jelas.

Sean tidak bisa mengatakan apapun, ia hanya terdiam menatap kedua bola mata merah itu. Semua alasan yang dikatakan Elena tidak ada dalam pikirannya. Sean mencintai gadis itu tanpa alasan apapun, tidak peduli tentang semua yang telah ia ketahui.

“Tidak ada satupun dari alasan itu,” balas Sean membawa tangannya menyentuh wajah pucat Elena dan mengusapnya lembut.

“Kau mencintai gadis lain? Tapi untuk apa kau mengatakan cinta padaku?” tanya Elena lagi.

“Jangan mengatakan apapun lagi, aku hanya mencintaimu. Percayalah itu bukan omong kosong. Aku benar-benar mencintaimu meski nanti aku akan menjauh darimu,” Sean berkata lalu menarik wajah Elena dan melakukan kecupan cukup lama pada pipi gadis itu.

“Apakah aku tidak boleh tahu alasannya?” tanya Elena berusaha ingin tahu. Namun Sean masih terlihat diam setelah melepas kecupannya, dan semakin membuatnya merasa tidak tenang.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang