Chapter 20

1.1K 95 0
                                    

Sean meneguk anggurnya berkali-kali. Tidak peduli beberapa gelas yang telah ia habiskan. Kini perasaannya belum bisa kembali tenang, malah bertambah kacau. Bahkan ia sampai bertindak acuh terhadap semua orang terutama gadis-gadis yang sempat menggodanya. Gadis-gadis itu hanya membuatnya merasa jengkel.

Pikirannya pun sekarang beralih pada sosok gadis. Semua hal tentangnya benar-benar membuatnya bingung. Misterius dan sulit dimengerti. Bahkan Sean tidak tahu apa alasan Elena ingin melenyapkan perasaannya sendiri. Apalagi sekarang gadis itu tengah dekat dengan seorang pemuda. Hal itu tambah membuat Sean semakin kesal dan cemburu.

Ya, begitulah. Sean merasa cemburu meskipun kenyataannya ia dan Elena tidak pernah memiliki hubungan apapun. Rasanya sangat sulit melihat gadis itu bersama dengan pemuda lain. Sean tidak tahu, apakah itu cara Elena agar bisa melenyapkan perasaan itu? Jika memang benar. Sean tidak akan tinggal diam, ia harus merebut hati Elena dan membuat gadis itu tetap mencintainya.

Ini adalah tekadnya untuk memiliki Elena. Hanya Elena yang bisa membuat Sean merasakan hal yang belum pernah ia rasakan pada gadis manapun. Tidak peduli alasan apapun yang keluar dari bibir Elena. Sean akan mendapatkan gadis itu bagaimana pun caranya.

Sekalipun Elena tetap bersikeras dengan tujuannya. Ia tidak akan pernah menyerah. Karena Sean tidak akan menyia-nyiakannya. Perasaan itu begitu berharga. Sean harus bisa menarik Elena ke dalam pelukannya.

Lagi pula dengan bantuan Max, akan mempermudah tekadnya. Sean beruntung memiliki sahabat seperti Max yang sudah ahli dalam urusan perempuan. Kini sahabat pirangnya itu tengah mengoda salah satu gadis, dan ajaibnya dalam sekejap gadis itu langsung mencium Max. Sean heran sihir apa yang digunakan sahabatnya itu. Begitu mudahnya Max menjerat perempuan.

Tapi, mungkin saja gadis itu sekelas jalang yang haus akan ciuman. Mengingat ini adalah club malam, pastinya banyak orang yang akan melakukan hal seperti itu, sekalipun mereka baru mengenal. Sean merasa ilfeel membanyangkannya.

Tapi, berbeda ketika Sean teringat akan sentuhan lembut serta sensasi dingin saat ia menciuman Elena, sekarang malah membuat Sean menjadi terus memikirkannya dan juga bibir gadis itu yang ingin sekali ia sentuh lagi.

Sean memang sudah terlalu terobsesi dengan Elena sampai ia segila ini hanya karena membayangkan gadis itu. Bahkan Sean tidak bisa berpikir dengan jernih. Pesona aneh yang dimiliki Elena sangat kuat terhadap dirinya, hingga sedetik pun bayangan gadis itu tidak pernah lepas dari kepalanya.

Tiba-tiba saja seseorang menepuk bahunya, hingga mengusir lamunannya. Sean menolehkan kepalanya ke arah orang itu dan ia cukup terkejut.

"Tenyata orang sepertimu bisa pergi ke tempat seperti ini juga." Gadis itu memiliki rambut pirang ikal. Yang Sean ketahui adalah sahabat Alice, Mabel. Sean pun dengan cepat melirik sekelilingnya.

"Alice tidak ada di sini," kata Mabel cepat, seolah tahu apa yang sedang Sean cari.

Sean pun membenarkan posisi duduknya, dan Mabel duduk di sofa kecil tak jauh darinya.

"Meskipun Alice terlihat kecentilan. Dia tidak pernah pergi ke tempat seperti ini. Ketahuilah, Alice hanya seperti itu di depanmu saja," jelas Mabel. Namun Sean hanya tersenyum malas dan tidak peduli. "Itu bukti bahwa Alice benar-benar mencintaimu. Apakah kau tidak mau membuka hatimu untuknya? Lagi pula Elena sudah putus denganmu dan kulihat gadis itu sedang dekat dengan seseorang," lanjut Mabel, membuat Sean merasa bosan dengan perkataan gadis itu.

"Aku tidak akan pernah membuka hatiku untuk siapapun," balas Sean santai dan kembali meneguk anggurnya.

Mabel memutar bola matanya malas. "Yah, kau masih mencintai Elena bukan? Aku heran kenapa kau jatuh cinta pada gadis seaneh itu. Bahkan kehidupan gadis itu tidak jelas. Aku yakin kau belum tahu banyak tentangnya," terang Mabel dengan nada remeh.

ROSE DEATH ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang