03 SoY

290 36 33
                                    

03 November 2017

AKU masih mencintai dia, meskipun suara-suara mencoba menggagalkan. Melupakan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Biarlah waktu berbicara tentang seseorang pengganti dirinya.

Aku telah mahir dengan luka. Sayatan penuh dengan goresan. Berhari-hari dia berbahagia dengan perempuan lain tanpa ingat bahwa dahulu dia pemberi harapan palsu. Menjadikan sebuah batu pijakan, kemudian terbuang ketika bosan.

Aku berada dalam kondisi terluka oleh mereka. Luka bertumpuk-tumpuk bagaikan sebuah rongsokan. Mereka bahagia, namun aku sebagai alur yang tertapaki. Dua orang yang pernah kucintai, mereka memberikan luka yang sama. Sama-sama dalam.

Ditulis oleh D

Kututup buku bersampul cokelat keemasan. Buku yang menjadi curhatan hati dan keluh kesah akan luka. Aku Menghela napas panjang, mencoba mengeluarkan semua sesak yang ada. Tiga bulan berlalu, namun waktu masih enggan menyembuhkan luka. Hati tertutup rapat akan sebuah kehadiran. Ada rasa yang tidak bisa dilupakan karena takut merasakan sakit kembali.

Aku mempunyai masa lalu. Tentu saja semua orang mempunyai masa lalu tersendiri. Cerita mereka berbeda-beda dengan luka yang berbeda pula. Hidupku terlalu monoton hanya karena dipenuhi oleh luka. Berteman dengan luka membuatku tidak lagi terkejut. Luka-luka itu mengajarkan tentang kedewasaan, tentang bagaimana aku menyikapi rasa ini. Aku bersyukur, Tuhan memberiku luka. Banyak orang di luar sana yang memiliki luka lebih dalam daripada yang kupunya.

Angin berhembus pelan menerbangkan rambutku yang pendek sebahu. Aku adalah perempuan biasa, tidak cantik apalagi menarik. Aku tidak menyukai rambut panjang karena akan menyusahkan. Sebagai perempuan, sifat feminim sangat kental menyatu dalam diriku. Berpakaian tomboy bukan selera dan gaya yang kuinginkan, aku lebih menyukai rok yang membuatku seperti perempuan sungguhan.

Hari ini adalah hari terakhir ujian tengah semester 1. Semua murid telah meninggalkan sekolah untuk menghilangkan penat akan kungkungan materi pelajaran. Mereka berhamburan keluar tetapi tidak untuk pulang ke rumah. Bermain dan bercengkrama dengan teman menjadi pilihan terbaik untuk menghabiskan waktu usai ujian.

Lain denganku, aku masih berdiri di koridor kelas 11 yang terletak di lantai dua. Aku belum ingin beranjak, meskipun sekolah berubah menjadi sepi.

"Dara?"

Aku menoleh dan menemukan laki-laki tersenyum manis. Dia adalah Ezra, temanku sekelas. Deskripsi seorang Ezra adalah tampan, namun naas, dia sudah mempunyai pacar. Sayang sekali bukan? Ezra adalah tipe laki-laki setia, secantik apapun perempuan di depannya tidak berpengaruh karena hatinya telah terpaut pada satu orang. Mungkin, jika Ezra jomblo aku akan menjatuhkan hati pada laki-laki itu.

Menurutku, Ezra adalah tipe laki-laki sempurna. Selain setia, Ezra mudah untuk beradaptasi dengan membuat segala kekonyolan. Keadaan yang dia ciptakan adalah kelucuan yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Ezra juga pandai dalam akademik, tidak hanya itu dia juga pandai dalam bidang nonakademik. Sempurna bukan?

"Lo ngapain? Nunggu jodoh?" Ucapnya sambil terkekeh pelan.

Aku ikut terkekeh. Ezra lucu mengekspresikan wajahnya. "Enggak, cuma nenangin diri aja."

"Nenangin apa nenenin?" Ezra menaik turunkan alis bergantian.

Aku memukul bahu Ezra sambil tertawa pelan. "Apaan sih lo?"

Story Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang