02 SoY

351 45 40
                                    

KEHIDUPAN di masa SMA tidak membuatku merasa bangga, malah sebaliknya. Kesepian dan hampa yang melingkupi seluruh hari, membuat sesak dada. Masa lalu yang pahit terus membayangi dan menghantui. Meskipun berkali-kali menepis, tetap saja hadir tanpa diundang.

Waktu berlalu dengan cepat, meninggalkan berjuta-juta kenangan yang tidak terulang kembali. Aku masih dengan luka yang sama, pada orang yang sama. Sulit bagiku untuk melupakan luka yang telah menikam. Bayangan sosok yang tega menyakiti hadir di setiap malam. Meninggalkan sejuta rasa sakit yang tak kunjung reda.

Aku menghembuskan napas kasar. Memandang langit yang cerah, membuatku merasa damai dan santai. Aku hidup dengan luka yang parah. Aku belum bisa melupakan masa lalu, meskipun berulang kali mencoba. Aku akan kembali di titik di mana mencintai adalah pilihan terbaik daripada meninggalkan. Ternyata, aku terlalu buruk untuk diperbaiki.

Angin menghembus kulitku pelan. Kelasku terletak di lantai atas, wajar jika angin dengan mudah berhembus melewati tubuh. Termenung sendirian menjadi kebiasaanku. Di saat itu juga aku akan mengingat kembali rasa yang dulu indah.

"Ra, ayo! Lo mau di situ terus? Anak-anak udah pada kumpul di lapangan."

Aku menoleh ke arah Manda yang telah berganti pakaian olahraga. Jam pelajaran olahraga adalah hal yang tidak kusukai. Aku sangat buruk di bidang penjaskes. Terlalu menyedihkan jika diingat bagaimana caraku menendang bola. Aku yakin, kalian akan tertawa jika melihatnya.

"Dara! Malah bengong, ayo!" Manda menyeret tubuhku turun menuju lapangan. Aku hanya terkekeh pelan menanggapi tingkah Manda yang lucu dan mengemaskan ketika panik.

Aku dan Manda segera bergabung pada kumpulan kelas 11 IPA 1. Matahari seolah-olah tersenyum menyambut kegiatan yang positif ini. Semua melakukan pemanasan, aku pun ikut menirukan salah satu teman yang menjadi pemandu. Meskipun aku tidak menyukai olahraga, setidaknya aku pandai dalam menirukan gerakan pemanasan dan pendinginan. Iya, setidaknya ada keahlian dalam diriku di bidang yang tidak kusukai ini.

"Ra, Alan ganteng banget ya kalo keringetan."

Aku mengerutkan kening atas pernyataan Manda. Gadis itu semakin gila ketika bersangkutan dengan Alan.
Jika dilihat, Alan biasa saja. Laki-laki itu hanya menirukan gerakan pemanasan. Tidak ada yang istimewa.

"Enggak, B aja."

"Ih, liat noh. Ganteng gitu.. bikin gue klepek-klepek tau gak."

"Alay."

Manda memasang muka yang meleleh karena terpesona. Aku memutar bola mata malas. Manda terlalu berlebihan dalam mengekspresikan rasa terhadap Alan. Menurutku, Alan adalah cowok kaku yang tidak tertarik pada perempuan. Laki-laki itu memang keren dengan sifatnya yang dingin dan cuek. Ah! Kenapa aku jadi memuji Alan?

Aku menoleh, memperhatikan Alan. Laki-laki itu mempunyai pengemar yang teramat banyak. Sulit untuk mendapatkan Alan karena saingan yang tersebar di mana-mana. Siapkan hati untuk terluka jika memutuskan mencintai Alan. Alan tampil apa adanya, sehingga membuat dia menjadi idaman. Kulitnya yang hitam manis membuat para perempuan klepek-klepek apalagi jika Alan tersenyum. Aku yakin, para perempuan akan pingsan seketika.

"Nah lo, kepergrok merhatin Alan, kan?" Manda tersenyum mengejek. "Pesona Alan memang tidak bisa ditolak, hati-hati nanti kecantol."

"Ih, apaan sih? Gak jelas banget."

"Cie.. pipinya merah. Uuhh, ketahuan boong."

Seketika aku memegang pipi. Tidak mungkin pipiku memerah seperti tomat. Aku tidak menyukai Alan. Aku menyukai laki-laki lain. Laki-laki yang tengah bahagia bersama pilihannya dan meninggalkanku sendiri.

Story Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang