36 SoY

86 7 0
                                    

Duniaku bukan tentangmu saja, tetapi mengapa pikiranku tertuju padamu?

•••••

MATAKU terbuka perlahan. Aku mengedarkan pandangan. Gelap. Tempat ini gelap. Cahaya matahari tidak dapat menjangkau tempat ini. Bahkan aku tidak tahu siang atau malam.

Aku terbangun dengan tangan dan kaki terikat pada kursi. Mulut tersumpal oleh kain.

"Mmbbhhh!!! Mmbbbhh!!!" Aku memberontak, berusaha melepaskan ikatan tali di tangan. Menggeseknya hingga pergelangan tangan terasa perih.

Mulutku tidak bisa mengelurkan kata. Aku berulangkali bergerak, membuat suara, ataupun menghentak-hentakkan kaki. Nihil. Tidak ada yang mendengar. Apakah ruangan ini kedap suara?

Air mataku berjatuhan. Kakiku menendang-nendang apapun yang ada. Meskipun hasilnya nol besar, setidaknya aku berusaha agar orang lain mengetahuu keberadaanku.

"Mmmbbbh!! Mmmbbhh!!" Aku bergerak ke kanan dan ke kiri. Lenganku berhasil menyentuh vas bunga kecil. Vas itu jatuh ke lantai dan menimbulkan suara benda pecah.

Aku terus bergerak. Tanganku berusaha meraih kepingan kaca itu, namun sangat sulit. Perih. Luka goresan mulai terlihat di pergelangan tangan.

Krek ..

Terdengar suara pintu terbuka. Gerakanku terhenti. Mataku menangkap bayangan seorang laki-laki yang selama ini menghilang bak ditelan bumi. Dia memakai pakaian serba hitam.

"Dara .. kamu udah bangun?" Hendri mendekat. Dia berlutut di depanku yang duduk di kursi. Tangannya membelai rambutku yang berantakan.

Napasku memburu. Hatiku bergemuruh. Aku ingin pulang. Aku ingin hilang dari tempat ini. Aku tidak ingin melihat psikopat ini. Aku takut. Air mataku jatuh tanpa henti.

Hidupku tidak lagi berwarna. Hidupku tidak menarik. Mengapa harus merasakan ini? Mengapa aku di tempat ini?

Hendri mengusap pipiku yang basah dengan air mata. "Jangan menangis, sayang .. besok adalah hari spesial untuk kita."

Spesial?

Apa maksudnya?

"Mmmbbbhh!!! Mmbbbhh!!" Aku berusaha mengucapkan kata, namun gagal karena kain yang menyupal mulutku.

Hendri tertawa ringan seolah-olah mulutku tersumpal adalah hal yang lucu.

"Aku lupa lepasin kainnya, maaf ya?"

"Kenapa lo lakuin ini sama gue?!" Aku berucap sesaat setelah Hendri melepaskan kain dari mulutku.

"Karena aku cinta sama kamu, sayang."

"Lo bilang cinta?! Cinta gak akan mengorbankan orang yang dicintai untuk keegoisannya sendiri!!"

Hendri berdecak kesal mendengar perkataanku. "Lo gak ngerti apapum soal cinta." Laki-laki itu murung dan tertawa sumbang. "Apa lo pernah kehilangan cinta tulus dari orang yang paling berarti dalam hidup lo? Apa lo pernah melihat orang yang lo cintai mati di depan mata lo sendiri? Apa lo pernah hidup sendirian di bumi tanpa ada orang yang lo cintai? APA LO PERNAH NGERASAIN YANG GUE RASAIN DARA?!!"

Aku terhenyak. Tidak menyangka Hendri yang gila dari luar ternyata menyimpan masa lalu yang pahit. Laki-laki itu hanya menutupinya dengan rapi. Tanpa ada yang tahu, tanpa ada yang bocor.

Hendri menangis. Laki-laki itu menutup wajahnya dengan tangan. Hendri tidak setegar yang aku kira. Hendri tidak sekuat yang terlihat. Hendri yang sebenarnya adalah Hendri yang membutuhkan tempat bersandar.

Story Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang