19 SoY

101 10 4
                                    

JAM dinding putih yang bertengger di ruang keluarga menunjukkan pukul 21.05 WIB, tetapi rumah ini terlihat sepi melompong. Aku menghela napas pelan. Ayah dan Ibu sudah tidur di kamarnya, sedangkan Kak Tama mendekam di kamar dengan tangan sibuk memainkan ponsel. Sudah pasti, game online pemicu Kak Tama betah berlama-lama menatap ponsel.

Aku mengendap-endap membuka pintu yang menghubungkan alam luar. Aku ingin keluar dari rumah. Rasanya bosan bermalas-malasan di dalam kamar, padahal ini malam minggu. Aku juga remaja normal yang ingin menghabiskan waktu dengan teman-teman di malam minggu. Namun, yang kudapatkan adalah kesepian di rumah.

Aku menghirup udara malam dengan hikmat setelah berhasil keluar dari rumah. Kulangkahkan kaki keluar dari gang menuju minimarket. Langit malam yang gelap gulita menambah beringas menakutkan. Aku merekatkan jaket abu-abu yang terpakai. Tidak terlalu dingin, namun, berjalan sendirian membuat dingin menjadi dua kali lipat.

Aku telah sampai di minimarket. Tidak perlu berpikir dua kali untuk memasuki minimarket tersebut dan membeli susu pisang yang nikmat. Setelah membayar sejumlah uang kepada mbak-mbak kasir, aku berjalan menuju halte dekat minimarket.

Halte ini tampak temeram dengan lampu yang seadanya. Kadang, lampu itu berkedip sekali membuat kegelapan yang tidak ada satu sekon. Kata orang, halte ini angker. Banyak kejadian aneh yang membuat warga sekitar menghindari halte yang sudah berumur puluhan tahun ini. Aku tidak peduli dengan gosip tentang suara-suara yang kerap terdengar, benar-benar tidak peduli. Sudah sepantasnya kita hidup berdampingan dengan mereka yang tidak terlihat. Aku cukup mempercayai bahwa mereka benar-benar ada meskipun tidak terlihat.

Aku menatap langit yang hitam legam. Bulan tampak separuh dari lingkaran. Hari ini, bintang tidak banyak terlihat. Mungkin, satu atau dua yang bersinar terang.

Kubuka sebuah buku cokelat keemasan yang kugenggam dari tadi. Tidak lupa juga dengan bolpoin untuk menulis di kertas putih itu.

04 Febuari 2018

Legamnya malam
Aku bertanya
Tentang rasa yang samar terasa

Bintang
Aku bertanya
Apa aku salah mengartikan rasa?

Separuh rembulan
Aku bertanya
Apakah aku sudah jatuh cinta pada sosoknya?

Ditulis oleh D

Aku kembali menatap langit. Dunia ini terus berjalan meskipun sebagian manusia ingin tinggal di waktu yang sama. Aku tersenyum menatap langit. Indah, sangat indah ciptaan-Nya.

Aku yakin, saat tengah malam bintang akan muncul lebih banyak dibandingkan sekarang. Aku tidak tahu mengapa begitu, yang jelas aku pernah membuktikannya.

Drrrttt.. ddrrrtt..

Ponselku bergetar. Aku segera membaca pesan singkat dari orang rumah. Siapa lagi kalo bukan Kak Tama? Hanya dia anggota keluarga yang belum tidur.

Tama
Kesayangan buruk rupa gue pergi dari rumah tanpa pamit!

Tama
Kmna lo?!

Tama
Pulang gak?! Ato gue gorok leher lo?!

Aku bergidik ngeri membaca pesan Kak Tama. Diam-diam laki-laki itu menjadi sadis dengan meniru pembunuh bayaran di televisi. Lebih baik aku pulang daripada mati di tangan Tama yang gila abis.

Story Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang