Cinta bukan hal yang semudah itu untuk diremehkan.
Aku mencintai dia.
Sulit bagiku melupakannya meskipun waktu berlalu meninggalkan kenangan.•••••
Prok! Prok! Prok!
"Drama yang romantis, tapi sayang .. peran utamanya gue bukan elo, Lan."
Aku terhenyak mendengar suara itu. Alan menarikku untuk berada di belakangnya.
Hendri berjalan dengan senyuman yang menyeramkan. Tangannya terkepal kuat seakan-akan amarahnya dapat membunuh siapapun.
"Serahin apa yang jadi milik gue." Tatapan Hendri menatap Alan tajam. "Lo bukan siapa-siapa, Dara milik gue."
"Lo gak pantes buat Dara. Lo gak pernah pantes buat perempuan sebaik Dara." Alan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Dia tidak takut sedikitpun. Tenang dan kalem adalah ciri khas Alan.
"Lo akan MATI!"
Alan tertawa meremehkan. "Mati? Lo bercanda? Seharusnya lo yang khawatir di sini. Gue bisa bunuh lo kapan aja."
Hendri mengepalkan tangannya. Amarahnya tertahan. Raut wajahnya memerah.
"Pergi! Sebelum lo menyesal." Hendri berbalik dan mengambil besi yang terdapat di ujung ruangan. Dia tersenyum penuh kemenangan.
Aku menutup mulut, menahan keterkejutan melihat besi yang kini dipegang Hendri. Aku menggeleng. Aku tidak ingin Alan terluka. Aku tidak ingin Alan mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkanku.
"Alan--"
Ucapanku terhenti ketika Alan menoleh ke arahku dan tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa. "Gue gak pernah menyesal mencintai lo, Ra. Gue gak pernah menyesal meskipun nyawa gue melayang karena ngelindungin lo."
Aku menggeleng. Air mataku kembali terjatuh. Sungguh, aku tidak ingin Alan pergi. Aku ingin dia. Aku ingin bahagia bersamanya.
"Alan please .. jangan." Aku menangis sambil sesenggukkan.
Alan tersenyum menenangkan, kemudian mengusap pucuk kepalaku lembut. Usapannya seakan berbicara bahwa semua akan baik-baik saja.
Setelah itu, Alan berbalik dan menatap Hendri.
"Lo laki-laki pengecut, Hen. Lawan lo gak punya senjata apapun dan lo seenaknya pake senjata? Ck! Gak adil."
"Cuiih!!" Hendri meludah sembarangan. "Kita liat siapa yang menang."
Hendri menganyunkan besi ke arah Alan. Dengan sigap Alan menghindar dan menendang perut Hendri. Laki-laki itu terjatuh.
Tidak sampai di situ, Hendri bangkit dan mengayunkan besi ke arah Alan lagi, namun Alan berhasil mengindar. Alan memegang tangan Hendri dan memutarnya ke belakang. Mengunci laki-laki itu dalam dekapannya. Besi yang dipegang Hendri terjatuh ke tanah.
"Lo harus bayar luka yang lo perbuat ke Dara. Lo tau, kan? Satu tetes air matanya lo mati?" Desis Alan di telinga Hendri.
Hendri tertawa sumbang. "Sebelum itu terjadi, gue lebih dulu bunuh lo!"
Hendri menendang kemaluan Alan hingga membuatnya meringis dan terkapar di lantai. Aku memekik melihat kejadian itu.
Hendri menganyunkan besi ke arah Alan berkali-kali.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
BUGH!

KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of You
Teen Fiction[SELESAI] Semua orang mempunyai masa lalu. Semua orang mempunyai luka. Semua orang pernah merasakan sakit hati. Aku? Aku hanya segelintir dari mereka yang merasakan apa itu rasa sakit. Aku memiliki masa lalu yang tidak baik. Aku pernah disia-siakan...