01 SoY

526 54 69
                                    

HAI. Namaku Dara Ardiana. Kalian bisa memanggilku Dara. Aku adalah siswa SMA yang tidak terkenal, lebih banyak berkutat pada buku pelajaran. Sederhana saja, aku tidak suka keramaian, namun bukan berarti kesendirian adalah pilihan yang tepat. Aku hanya tidak nyaman di tempat asing.

Aku adalah seorang pendiam, sekaligus tidak mudah akrab dengan orang lain. Bermain dengan imajinasiku adalah hal yang tidak dapat kuhindari. Semua imajinasi yang ada dipikiran selalu saja muncul, hingga aku memutuskan untuk menulis cerita. Hal itu membuatku menjadi seseorang yang jarang mengungkapkan rasa lewat lisan. Aku lebih menyukai memendam rasa dan menuliskan dalam bentuk cerita.

Yup! aku menulis cerita ini karena rasa yang nyata, benar-benar nyata hingga merasuk dalam jiwa.

"Ra, lo udah ngerjain tugas kimia?"

Dia adalah Manda, sahabat yang menemaniku di masa SMA. Manda cantik untuk ukuran perempuan. Tidak sedikit yang menyatakan jatuh hati padanya. Perempuan itu tampil apa adanya yang membuat dia semakin dikagumi para laki-laki. Senyumnya yang manis mampu membuat laki-laki meleleh seketika.

Berbeda denganku. Aku lebih banyak berdiam diri, berkutat pada buku. Laki-laki yang melihatku akan merasa bosan dan monoton. Hidupku tidak jauh dari buku-buku yang tebalnya hampir 3 cm. Mereka bilang aku membosankan, namun masa bodoh. Ini hidupku. Terserah dengan perkataan mereka, aku hanya menutup telinga, tidak mendengarkan.

"Udah." Aku meletakan pensil dan menatap ke arah Manda.

Gadis itu tersenyum manis. Seperti biasa dia akan mengeluarkan jurus andalan untuk mengodaku.

"Ra.. " Manda menoel-noel lenganku lucu.

"Apa?"

"Nyontek dong, ya?" Lagi-lagi senyumnya mengembang indah.

"Enggak!"

"Ih, kok ketus sih? Jangan galak-galak nanti cowok-cowok pada gak mau sama lo."

"Gue gak peduli."

"Lo kok gitu sih? Masa lo tega liat gue dihukum sama Pak San?"

Manda merengek sambil menggoyang-goyangkan lenganku. Gadis itu memang lucu dengan tingkahnya yang unik. Tidak heran jika akhirnya kaum adam kecantol dengan Manda.

"Biarin, biar lo tau rasa." Aku kembali pada buku b. Inggris yang ada di atas meja.

"Lo jahat!"

"Bukan gue yang jahat, tapi Rangga." Aku masih fokus pada soal-soal berbahasa asing itu. Mengabaikan tingkah Manda yang semakin menjadi.

"Dara, please.. nanti gue traktir makan es krim deh. Mau ya?"

Perlahan senyumku mengembang sempurna. Aku mulai tertarik dengan penawaran dari Manda. Es krim. Aku sangat menyukai makanan bersuhu tinggi itu. Sangat. Aku akan melakukan apapun asalkan Es krim imbalannya.

"Kalo udah urusan es krim, cepet banget lo. Dasar kampret!"

"Apa?"

Manda meringis, kemudian tersenyum kembali. "Enggak kok, hehe.. "

"Jadi gak?"

"Enggak ah, lo gak tulus nyontekin gue."

"Oh ya udah, bukan gue yang rugi."

"Lo kok gitu sih?" Manda mengerucutkan bibir lucu. "Iya iya, gue traktir es krim pisang nanti kalo istirahat."

"Nah gitu dong." Aku tersenyum bangga, kemudian mengambil buku tulis kimia di dalam tas. "Nih."

Manda menyahut buku kimia dengan kesal. Raut wajahnya kusut seperti pembersih kaca yang sudah lama tidak terpakai.

"Demi tugas kimia, gue pertaruhkan uang jajan gue."

"Makanya belajar, jangan main HP melulu."

"Gue main HP buat liat doi online doang. Ternyata, doi online bukan buat gue."

"Curhat, Mbak?"

"Isshhh, nyebelin!"

Aku terkekeh pelan. Manda memang sulit untuk tebak. Dia dapat mengubah suasana hatinya begitu cepat. Sekarang gadis itu berkutat pada buku kimia yang penuh dengan hitungan.

Manda menyukai Alan. Cowok kaku bagaikan kawat jemuran. Aku merasa Alan tidak tertarik pada lawan jenis. Pernah terlintas dipikiran bahwa Alan adalah gay. Entahlah, biarkan waktu yang menjawab.

Alan Bagaskara. Dia adalah Laki-laki pujaan kelas 11 IPA 1. Gayanya yang tidak pernah jauh dari kata keren, membuat Alan menjadi idaman kaum hawa, termasuk Manda. Perempuan itu sudah tergila-gila dengan Alan sejak kelas 10. Namun tidak sedikitpun mendapatkan respon dari laki-laki itu.

Di awal tahun ajaran baru ini, aku masih terluka akan masa lalu yang pahit. Luka lama masih membekas erat di hati dan ingatan. Hidupku terasa hampa dan kosong. Tidak ada yang menarik. Aku terlalu terkungkung pada luka yang singgah teramat lama. Tidak berani keluar dari zona itu karena takut merasakan sakit lagi.

"Ra, Alan ganteng banget ya?"

Aku memandang Manda yang tengah memperhatikan Alan dari kejauhan. Gadis itu selalu berubah menjadi melankolis ketika berhubungan dengan Alan.

"Apa bagusnya Alan?" Ucapku.

Manda memandangku tidak suka. "Alan itu definisi dari kata sempurna. Dia itu dambaan setiap perempuan. Udah ganteng, pinter, ngajinya bagus pula. Kurang apa coba?"

Aku mengangkat bahu, tidak mau tahu. Aku sudah terlalu bosan dengan laki-laki yang kerjaannya hanya menyakiti dan meninggalkan. Tidak ada kegiatan yang berfaedah bagi kaum adam. Aku benci mereka.

"Jangan lupa es krim pisang."

Fokus Manda teralihkan. Dia memutar bola mata malas ke arahku. "Kenapa pisang? Melon, stawberry, anggur juga ada, kenapa pisang?"

"Enggak tahu, suka aja. Emang suka perlu alasan?"

"Enggak juga sih."

Iya, aku adalah penggemar pisang. Apapun jenis makanan dan minuman, aku lebih menyukai pisang sebagai menu yang tidak terlewatkan. Aneh ya? Bukankah rasa suka tidak butuh alasan? Rasa suka hadir begitu saja tanpa bisa dicegah, termasuk rasa suka yang aku miliki untuk seseorang.

•••••

Story Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang