24 SoY

110 13 7
                                    

MOTOR ninja milik Hendri berhenti di depan sebuah rumah berwarna merah muda. Tentu saja, rumah itu adalah rumahku. Aku turun dari motor besar itu. Sebenarnya aku tidak suka motor ninja atau motor sejenis dengan ninja. Terlalu besar dan tinggi. Apalagi tinggiku yang termasuk kategori pendek. Butuh perjuangan lebih untuk menjangkau motor itu.

"Makasih." Ucapku saat berhasil turun dari motor ninja berwarna hitam legam. "Lo bisa pulang sekarang."

Bukannya pulang, Hendri malah melepas helm dan turun dari motor. Laki-laki itu tersenyum hingga menunjukkan gingsul manisnya. "Gue mau jelasin semuanya."

"Enggak perlu. Semua udah jelas, sebaiknya lo pulang sekarang." Aku menatap Hendri tajam, berusaha menyingkirkan laki-laki itu dari rumah sebelum Kak Tama melihatnya. Bisa gawat jika Kak Tama tahu aku pulang dengan laki-laki bar-bar dan tidak punya sopan santun.

"Hei .. " Hendri berjalan mendekat dengan senyum miring yang mengerikan. Tubuhku kaku. Melihat senyuman itu membuatku ketakutan dan tidak dapat berbuat apapun. "Lo harus belajar lembut sama orang yang suka sama lo."

Aku mengeratkan genggaman kedua tangan. Berusaha mengenyahkan rasa takut yang perlahan mengusai tubuh. Aku tidak boleh takut. Aku harus berani melawan Hendri. Jika aku takut, maka, laki-laki itu akan semena-mena terhadapku.

"Orang kayak lo harus dilawan biar gak seenaknya!" Aku menatap tajam laki-laki di depanku.

Hendri tertawa meremehkan, kemudian mengulurkan tangan untuk menyentuh rambutku. Namun, belum sempat tangannya menyentuh rambut, aku sudah menepis tangan itu hingga terlempar dengan kasar.

"Jangan pernah sentuh gue!" Aku berteriak memperingatkan laki-laki itu untuk tidak melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. "Lo bukan siapa-siapa, sebaiknya lo pergi sebelum gue teriak!"

Hendri tidak mengindahkan teriakan dan ancaman yang kulontarkan. Laki-laki itu seakan menikmati peran dengan berjalan mendekatiku. Sebuah senyuman smirk tercetak jelas di bibirnya. Mengerikan, hingga membuat bulu kudukku berdiri karena ketakutan.

Sungguh, aku takut. Sekuat apapun aku berusaha untuk berani, nyatanya, aku tidak seberani itu. Laki-laki bernama Hendri ini mempunyai pancaran yang menakutkan. Entahlah, aku seperti berhadapan dengan psikopat yang terobsesi oleh sesuatu.

Oh Tuhan, kirimkan seseorang untuk menyelematkanku.

"Lo milik gue, sampai kapanpun." Hendri tetap berjalan maju, sedangkan aku berjalan mundur. Aku tidak menyangka Hendri akan senekat ini. "Gue akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan lo."

Menghalalkan segala cara? Perkataan itu berarti Hendri akan melakukan apa saja meskipun cara itu melukaiku?

Tubuhku bergetar hebat. Ketakutan mulai meracuni otak untuk berteriak sekencang-kencangnya agar mendapat pertolongan.

Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapapun. Tetanggaku sibuk bekerja. Sepi.

Ketakutan mulai menyergab seluruh tubuh. Dengan gugup, aku berkata. "L-lo mau ngapain?"

Hendri tersenyum smirk dan berkata selayaknya seorang psikopat dengan mata melotot menakutkan. "Gue cinta sama lo, lo mau jadi pacar gue, kan? Pasti lo mau, lo harus mau. Karena lo gak tau apa yang bisa gue lakukan untuk membuat lo jadi pacar gue."

Sungguh, kata-kata yang mampu membuatku menciutkan nyali.

Hendri tertawa sendiri. Tawa yang memekakkan telinga. Aku menegak ludah dengan kasar. Tawa itu seakan ancaman untuk membuatku lari dari laki-laki itu.

Dia bukan Hendri saat pertama kali mengenalnya. Dia adalah psikopat yang mengerikan. Aku takut, benar-benar takut. Siapapun, tolong diriku!

Tiba-tiba seseorang menyentuh bahu Hendri yang membuat laki-laki itu menoleh ke belakang. Menatap seseorang yang telah berani mencampuri urusan pribadinya.

Story Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang