31 SoY

95 8 0
                                    

Aku bukan aku yang dulu
Luka membentukku menjadi seorang yang berhati beku

•••••

AKU terbangun dengan mata bengkak. Teror yang kudapat semalam mampu membuatku terjaga dan menangis. Aku ketakutan. Membayangkan satu persatu teror mulai berdatangan membuatku berpikir untuk bunuh diri.

Aku bukan seseorang yang kuat, berani, dan pantang menyerah seperti tokoh-tokoh di film. Aku bukan mereka yang mempunyai keistimewaan. Aku hanyalah Dara Ardiana. Manusia biasa yang mempunyai rasa takut berlebihan.

Coba banyangkan, apa yang kamu lakukan jika di posisiku?

Bertemu dengan Hendri yang psikopat. Dia mengintaimu ke manapun kamu pergi. Mengirimkan satu persatu pesan mengerikan. Merencanakan sesuatu yang mungkin akan membunuhmu.

Apa tidak ada pikiran untuk bunuh diri?

"Dara?"

Sebuah panggilan menggagetkanku. Aku mendongak menatap orang itu.

Tidak perlu waktu yang lama untuk mengenalinya. Mata cokelat menghayutkan menatapku seolah-olah menawarkan sebuah perlindungan.

"Hai .. " aku tersenyum.

"Lo gak papa?" Tatapannya beralih pada lututku. "Lutut lo udah diobatin, kan?"

Aku mengangguk pelan. "Udah kok, Manda yang ngobatin."

Alan mengangguk-angguk paham.

Hari kedua di Bali. Rombongan melanjutkan wisata ke Pantai Sanur.

Cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cantik. Membuatku terkagum-kagum menatap pantai ini. Tidak sedikit wisatawan asing terlihat di sini. Mereka menikmati suasana pantai meski matahari sedang terik-teriknya.

"Manda mana?" Suara Alan membuyarkan lamunanku. "Biasanya sama lo."

"Itu Manda." Aku menunjuk perempuan berbaju abu-abu yang asik berbincang dengan Dewi.

Manda menjauh. Ya, aku merasakannya. Perempuan itu menghindariku sejak kemarin malam. Dia puasa bicara denganku. Sikapnya membuatku berpikir berkali-kali tentang alasan mengapa dia menjauhiku.

Aku sudah berusaha untuk berinteraksi dengan Manda. Mulai mengajaknya makan pagi bersama, berbicara, ataupun melakukan hal konyol. Namun, hasilnya aku diabaikan, tidak digubris, dan ditinggalkan.

"Lo marahan sama dia?" Alan menatapku sekilas, kemudian beralih menatap pengunjung pantai.

"Gue gak tau, kemaren masih baik kok."

Kami terdiam. Menikmati pemandangan pantai. Merasakan hembusan angin laut. Mendengarkan deburan ombak yang ramah menyapa.

"Lo habis nangis?" Alan berbalik menatapku sepenuhnya. Laki-laki yang mengenakan kemeja biru dongker dan celana jeans krem itu memasukan kedua tangannya ke dalam saku.

Story Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang