13 SoY

159 12 1
                                    

MENTARI mengeluarkan sinar yang menghangatkan bumi. Terik yang menyengat tidak kuhiraukan, meski berakibat pada hitamnya kulit. Merasakan angin berhembus dengan lembut, membuat tenang hati dan pikiran. Pemandangan dengan bangunan pencakar langit berdiri dengan kokoh. Di bawah sana, orang-orang berkerja tanpa saling mengenal.

Tidak ada yang lebih menenangkan daripada berdiam diri di rooftop. Mengamati langit yang biru cerah, burung berterbangan dengan riang, dan memperhatikan orang-orang yang tidak kenal lelah. Aku menikmatinya. Hidup tidak mudah untuk dijalani. Butuh kekuatan, ketabahan, dan pantang menyerah untuk menegakkan kakimu di bumi.

Di sinilah, tempatku mengadu. Melampiaskan semua rasa kesal yang melanda hati. Kadang, kita menolak dihadirkan sebuah masalah dan bertindak seolah-olah enggan menyelesaikan. Atau bahkan lari dari kenyataan? Iya, itulah yang saat ini aku rasakan. Semua rasa yang berkecamuk dalam hati, tidak pernah kupahami artinya.

Aku ingin menolak semua yang ditakdirkan dan digariskan untukku. Aku ingin menyerah akan masalah yang tidak kunjung reda. Aku ingin menjauh dari semua rasa sakit. Membiarkan dan mengabaikan seakan tidak pernah menemukan kesedihan. Namun, ke manapun aku berdiri, kesedihan tetap menemani.

Aku mencoba menafsirkan rasa yang bergejolak. Semakin berpikir, aku semakin terjebak pada perasaan yang dalam. Rasa yang ada saat memandang Alan terasa berbeda ketika aku memandang laki-laki lain. Sebenarnya apa itu cinta? Apakah yang aku rasakan sekarang adalah cinta yang bersembunyi? Tidak! Aku tidak mencintai Alan. Harus kuingat dan garis bawahi. Alan milik Manda.

Tiba-tiba rasa sesak memenuhi hati. Apalagi ini? Mengapa semua begitu menyebalkan? Apakah aku tidak rela Alan untuk Manda? Semua menjadi semakin lucu. Alur yang tak terduga, begitupula dengan hati yang gelisah. Bagaimanakah ending cerita ini? Tidak ada yang tahu.

Apa kabar dengan luka? Apakah dia masih singgah di hati? Dunia ini indah. Aku menatap sekeliling rooftop. Mengagumkan dan menakjubkan untuk dipandang. Aku tidak akan larut dalam luka. Aku tidak ingin berlama-lama menyiksa diri dengan tidak melepaskan luka. Aga dan Kak Alfa adalah bagian dari kepingan hidup yang tidak lengkap. Keberadaan mereka hanyalah pelengkap agar aku tidak terjebak pada lubang yang sama.

Setiap tangisan yang aku jatuhkan terlalu berharga untuk disia-siakan. Aku tidak ingin menjadi sampah untuk Aga dan Kak Alfa. Aku tidak ingin menjadi bodoh untuk mereka. Mereka tidak berhak mengambil sebagian hidupku. Mereka bukan siapa-siapa. Maka dari itu, aku melepaskan mereka dengan hati yang tulus ikhlas. Aku tidak ingin hidup dengan luka.

Ini adalah jalanku. Semua pilihan berada di tanganku. Entah itu melepaskan atau bertahan.

Aku membuka buku cokelat keemasan. Tidak heran jika buku ini menjadi sahabat terbaik setelah Manda karena di dalamnya terdapat sejarah singkat hidupku.

4 Januari 2018

Aku lelah
Berhenti melangkah
Aku pasrah
Membiarkan luka hilang

Daun yang berguguran seakan tahu bahwasanya tidak kekal untuk berdiam diri pada luka.

Tubuh ini perih dan letih untuk bertahan.

Aku ingin bahagia dengan hati yang rela menerima kenyataan.

Kata orang, berdamailah dengan luka, tetapi jangan sekali-kali bersahabat dengan luka. Aku mengerti, selama ini aku bersahabat dengan luka hingga turut merasakan perihnya luka itu.

Selamat tinggal luka..

Aku ingin tersenyum menatap dunia
Aku ingin bahagia dengan hati yang ikhlas

Story Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang