39 SoY

384 15 0
                                    

Kamu adalah cerita terindah
Aku adalah pengingat cerita itu

Aku jatuh cinta kepada seseorang yang berbeda
Keberadaannya membuatku mengerti bahwa cinta tidak memandang fisik saja

Aku jatuh cinta ..
Ungkapan rasa tidak cukup membuat dia bertahan di sini
Katanya, dia harus melangkah dan mengejar cita-cita

Dia kuat
Dia acuh
Dia berbeda

Aku ingin menunggu dia
Sampai waktu di mana dia telah mencapai cita-cita
Namun .. aku takut
Di saat aku telah menunggu dia bertahun-tahun, pada akhirnya dia memilih orang lain sebagai pasangan hidup

Aku tidak berjanji menunggu, namun aku akan bertahan sebisaku
Biarlah waktu yang memutuskan
Merelakan ataukah bertahan?

•••••

AKU melihatnya menjauh. Berjalan pelan, namun berniat meninggalkan. Punggung itu tidak berbalik untuk memelukku. Tanganku kosong meninggalkan bekas tangannya.

Aku menangis. Ingin berteriak dan memohon agar dia tidak pergi, namun dia tetap berjalan menjauh. Tanganku tidak mampu meraihnya lagi.

Ke mana dia pergi? Aku ingin ikut.

Aku terbangun dari mimpi buruk. Keringatku bercucuran. Tanganku bergetar hebat. Lagi-lagi, aku bermimpi Alan meninggalkanku.

Air mataku terjatuh. Dadaku bergemuruh. Mengapa sakit sekali?

"Mengapa harus Alan? Apa arti mimpi itu? Mengapa gue mimpi itu lagi?" Aku bermonolog sendiri.

Tok! Tok! Tok!

"Dara! Ada Manda, keluar gih! Jangan tidur terus." Suara Ibu mengintrupsi pendengaranku.

Aku mengusap air mata kasar, kemudian menjawab seruan Ibu. "Iya, Bu. Tunggu sebentar."

"Cepatan! Kasihan Manda nunggu kelamaan."

"Iya."

Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian berlari menuju kamar mandi. Kubasuh muka agar terlihat lebih segar. Aku menatap wajahku di cermin. Menyedihkan seperti singa acak-acakkan. Mata bengkak dengan lingkaran hitam di bawahnya.

Kalau tidak salah, kemarin ada anak kecil yang menangis karena melihat wajahku. Duh! Memalukan sekali. Mungkin, anak itu menangis karena kaget melihatku--eeittss, bukan! Melihat kuntilanak.

Tanganku meraih handuk untuk mengeringkan air. Aku berlari kecil menghampiri Manda yang ada di ruang tamu.

"Manda?"

"INNALILAHI!!! LO SIAPA?! PERGI!! GUE MASIH PENGEN HIDUP!!" Manda meloncat ke pojokan rumah. Bibirnya komat-kamit mengucapkan doa. Tangannya mengantong dengan mata terpejam.

Aku mengerutkan kening sekaligus menahan tawa melihat ekspresi Manda. Dia bertingkah seperti anak kucing bertemu mentimun.

Aku menyentuh punggung Manda pelan. "Man--"

"WAAAHHH!!! MAMA PAPA!! WEWE GIMBELL!!" Manda berlari terbirit-birit keluar rumah.

Aku mengerjabkan mata berulangkali. Mulutku menganga. Satu katapun tidak dapat keluar.

Story Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang