PUKUL 07.00 WIB, seluruh siswa kelas 11 berkumpul di sekolah. Wajah mereka berseri-seri menyambut hari bahagia. Wisata ke Bali diadakan hari ini. Mereka berceloteh ke sana kemari seolah-olah tidak sabar untuk menginjakkan kaki di tanah Bali.
Aku celingak-celinguk mencari seseorang. Manda. Di mana dia? Seharusnya dia sudah datang sejak tadi, tetapi mengapa belum terlihat?
"DARA!" Manda mengagetkanku dari belakang. Tidak usah ditanya lagi, aku hampir melompat saking kagetnya.
Ini orang kok nyebelin ya? Untung pantatku lebar.
Aku mengusap dada menanggapi tingkah perempuan itu.
Manda terkekeh pelan menunjukkan sederatan gigi putihnya. Perempuan itu menggunakan baju santai, namun tidak mempengaruhi kecantikannya.
Perjalanan ke Bali membutuhkan waktu kurang lebih 24 jam alias satu hari penuh. Bayangkan, selama itu aku harus tidur di bis dengan kaki tertekuk. Rasanya kaki dan leher stroke tiba-tiba.
"Ra! Gue gak sabar sampe di Bali." Manda berucap sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari seseorang. "Tapi, .. Alan kok belum kelihatan?"
Aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru sekolah. Tidak ada batang tubuh Alan. "Gue gak tahu."
"Nah, itu dia!" Manda menunjuk seseorang laki-laki kaku yang tengah berbicara pada temannya. Aku memicingkan mata, dengan siapa Alan berbicara?
"Ke sana yuk, Ra!" Tanpa menunggu persetujuaan, Manda sudah menyeretku untuk menghampiri Alan.
Aku menghela napas pelan. Bukankah ini cobaan?
Sabar Dara .. orang sabar disayang Tuhan.
"Alan!" Manda tersenyum ria menatap Alan. Laki-laki itu berhenti berbicara dan beralih menatap Manda.
Aku berdiri di belakang Manda. Menatap Alan dan Manda yang asik berbincang-bincang. Apa yang kulakukan? Menunduk, memandang sepasang flatshoes hitamku.
Apakah aku cemburu?
Iya, aku cemburu. Hatiku terasa sesak melihat mereka. Sebagian hati mengatakan untuk memisahkan, namun sebagian hati mengatakan untuk diam. Bingung. Akhirnya, yang kulakukan mengigiti bibir sambil menatap Alan dan Manda yang sesekali tertawa.
Kalian tahu bagaimana rasanya? Ketika kalian tidak diberi kesempatan untuk berjuang, tetapi kalian tidak bisa mundur untuk melupakan. Ya, kalian hanya bisa stuck di suatu tempat tanpa berbuat apapun.
"Anak-anak, berkumpul sesuai kelas masing-masing! Perjalanan akan dimulai." Bu Mira menginterupsi seluruh siswa agar berkumpul sesuai kelas masing-masing. Satu persatu mereka bubar dan berbondong-bondong untuk menuruti perintah.
Setelah semula rapi dan tertib, Bu Mira memimpin doa untuk diberi keselamatan di perjalanan atau saat berada di Bali. Beberap menit kemudian, siswa digiring untuk memasuki bis masing-masing.
•••••
"Ra! Woy, kebo molor!" Sebuah suara cempreng memasuki indera pendengaranku. Aku mengerjabkan mata berulangkali untuk menyesuaikan cahaya. "Keluar gih, pada makan siang."
Ezra. Laki-laki itu terlihat kusut dengan wajah yang bersungut. Aku menatapnya sebentar, namun Ezra melengos seperti perempuan lagi datang bulan.
Kurang vitamin deh kayaknya.
"Ada apa?" Tanyaku.
"Ada apa? Lo tanya ke gue? Ya jelaslah lo harus makan." Nada suara Ezra terdengar sinis. Air mukanya juga terlihat menyeramkan. "Sana makan! Ditungguin cabe rawit."

KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of You
Genç Kurgu[SELESAI] Semua orang mempunyai masa lalu. Semua orang mempunyai luka. Semua orang pernah merasakan sakit hati. Aku? Aku hanya segelintir dari mereka yang merasakan apa itu rasa sakit. Aku memiliki masa lalu yang tidak baik. Aku pernah disia-siakan...