15 SoY

125 11 1
                                    

MANDA mengekor di belakang dengan raut wajah sendu. Tatapannya selalu mengarah pada dompet cokelat di tangan kanan. Aku berdecak kesal. Manda berjalan sangat lambat melebihi lambatnya siput ketika berjalan. Di sisi lain, aku ingin tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Manda yang memelas. Yang pasti memikirkan uang untuk membelikanku susu pisang.

Langkahku terhenti sejenak. Menanti sang Empunya untuk berjalan beriringan. Rasanya geli melihat raut wajah itu memelas penuh beban. Lagipula, salahnya sendiri mengapa tidak belajar. Ini adalah salah satu hukuman agar perempuan itu mau belajar dan tidak malas lagi. Mau tidak mau Manda harus menepati janjinya.

"Lo jalannya kayak siput, lemot banget." Ucapku sambil terkikih geli melihat Manda yang merana tidak terkira.

"Ra, masa lo mau nyiksa dompet gue? Duitnya tinggal dikit." Manda menatapku dengan tatapan puppy eyes. Lucu, hingga membuatku ingin memasukkan Manda ke dalam karung dan membawanya pulang.

"Janji tetap janji dong, harus ditepati." Aku merangkul pundak Manda sambil terkekeh pelan.

Manda menepis rangkulanku dengan kasar. Wajahnya menahan kekesalan yang menggunung. Namun, aku semakin ingin tertawa melihatnya seperti itu.

Manda berjalan lebih dahulu dengan kaki yang menghentak-hentak. Bisa ditebak bahwa perempuan itu tengah kesal setengah mati. Aku terkikik pelan, sebelum menghampiri perempuan itu.

•••••

Aku duduk di depan Manda. Suasana kantin tengah ramai dengan penghuninya yang lapar. Wajah cemberutnya masih tetap terlihat.

Perempuan itu mulai berakting layaknya pemain sinetron yang handal. Dia meraih kedua tanganku dengan tatapan yang sama, yaitu puppy eyes. Aku menahan tawa, benar-benar lucu.

"Beli sendiri aja ya, Ra?" Manda mengedipkan mata centil ke arahku. Aku mencebik kesal, kemudian menepis tangan Perempuan itu.

"Enggak."

"Jangan hari ini deh, besok ya?"

Aku menggeleng tidak setuju dengan pendapat perempuan itu. "Enggak. Janjinya hari, masa nepatinya besok. Yang ada lo semakin menghindar dari janji yang lo buat sendiri."

"Yaudah deh! Dasar Dara laknut!" Ucap kesal perempuan itu.

Manda menghentakkan kaki untuk memesan susu pisang. Raut wajahnya yang memerah penuh amarah itu semakin tidak hilang. Aku terkekeh geli melihat perempuan itu dengan segala tingkah lucunya. Cukup menghibur ternyata.

Aku membuka ponsel sambil menunggu Manda datang membawa pesanan. Kuatifkan data untuk melihat notifikasi yang ada. Beberapa pemberitahuan muncul dengan beruntun. Aku lebih tertarik membuka WhatsApp yang menampilkan pesan dari seseorang.

Hendri
Pagi, Dara ❤

Hendri
Jangan lupa sarapan ya, jangan sampe sakit lagi

Hendri
Semangat belajarnya ❤

Hendri
Ra, ke kantin bareng yuk

Aku menghela napas pelan. Rasanya ingin membating ponsel ini sampai hancur berkeping-keping. Menjijikkan melihat pesan-pesan beruntun itu. Apalagi ada tanda love dipesannya, semakin membuatku muak.

Kuabaikan pesan-pesan tidak penting itu. Nanti saja membalasnya, malas. Lagipula, aku ingin menghabiskan waktu istirahat ini dengan memanjakan diri dengan susu pisang, bukannya berkutat pada pesan-pesan tidak penting.

Aku mengeluarkam headset hitam yang ada di saku. Memasangnya di kedua telinga dan menikmati lagu. Pilihanku jatuh pada lagu Shallow-Lady Gaga. Menurutku, lagu ini menarik. Pendalaman lagu sangat terasa hingga membuat pendengarnya ikut merasakan apa yang penyanyi lantunkan.

Story Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang