38 SoY

120 5 0
                                    

Terima kasih telah pergi dari hidupku. Melalui kepergianmu, aku menemukan dia yang tulus mencintaiku.

•••••

HENDRI mengalungkan lengannya di leherku. Sangat erat hingga membuatku sulit bernapas. Tangan yang lain memegang pistol dan mengarahkannya kepalaku.

"Hen-hendri?" Suaraku tercekat. Lengannya erat mencekik leher.

"ALAN! INI YANG LO MAU, KAN? DARA MATI DI TANGAN GUE!!"

DOORR!!

Aku memejamkan mata. Suara peluru dilepaskan berhasil membuat telingaku berdenging. Hendri menembakkan peluru ke udara. Aku tidak tahu apa maksudnya, yang jelas tindakan Hendri membuat jantungku berdebar kencang. Aku kira nyawaku sudah melayang.

"Lepasin Dara." Alan melepaskan bantuan Ezra untuk berjalan. Dia berjalan sendiri dengan memegang perut.

"Hahaha .. !!" Hendri tertawa menyeramkan. "Gak semudah itu, bro. Gue sama Dara akan pergi ke syurga bareng."

"LO UDAH GILA?! LO PIKIR--"

Alan mengangkat tangannya. Memberi isyarat kepada Manda agar diam. Benar, perempuan itu diam tidak berkutik.

Alan beralih menatap Hendri. "Apa mau lo? Gue akan lakuin apapun asalkan lo lepasin Dara."

Aku menggeleng. Air mataku mengalir lagi. Tidak. Aku tidak ingin Alan mengorbankan dirinya untukku. Aku tidak ingin Alan terluka karena melindungiku. Aku tidak ingin kehilangan Alan. Aku tidak ingin semua itu terjadi.

Alan menatapku, kemudian tersenyum. Mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja. Tidak! Semua tidak akan baik-baik saja tanpannya.

Please, Lan .. jangan lakuin itu. Jangan pergi dari gue.

Aku bergumam dalam hati.

Aku memberontak dari cengkraman Hendri. Air mataku berubah menjadi hujan deras. "Lepasin gue!! Hendri, lepasin gue!"

"Diem!!" Bentak Hendri. Laki-laki itu mengarahkan pistol ke kepalaku. Jantungku berdetak kencang. Gerakanku terhenti. Aku memejamkan mata.

Jika dengan nyawaku Alan selamat, aku tidak apa-apa. Dunia tetap berjalan seiring dengan waktu yang berlalu. Dunia akan baik-baik saja tanpa aku.

"HENDRI!" Alan membentak Hendri. Tangannya terkepal kuat hingga urat-urat terlihat jelas.

Hendri tersenyum puas. "Apa lo tetep ngelindungin Dara jika taruhannya nyawa lo?"

"Iya."

Aku menggeleng. Air mataku tidak dapat terhitung lagi.

Jangan, Lan .. please .. gue butuh lo.

"Lan, lo apa-apaan sih?! Ada cara lain, lo gak harus ngorbanin nyawa lo!!" Ezra berteriak dan membantah keputusan yang diambil Alan.

Manda menangis. Perempuan itu shock melihat kejadian yang terjadi di depan mata. Dia ketakutan.

Alan menoleh ke arah Ezra. Tatapannya berubah pasrah. "Gak ada cara lain, Zra."

"Gila! Lo gila, Lan!"

"GUE LEBIH GILA LAGI KALO DARA TERLUKA!!" Alan menatap Ezra tajam. Napasnya terengah-engah. "Lo cukup yakin aja bahwa semua akan baik-baik saja."

"Baik-baik aja?" Ezra berdecak kesal menanggapi keputusan Alan. "Lo kira kita bakal bahagia meskipun lo gak ada, hah?! Lo punya otak gak sih?!"

"Kalian akan bahagia tanpa gue."

Ezra mengusap wajah frustasi. Dia tidak menyangka Alan bertindak sebodoh itu. Tidak ada cara lain selain menuruti permintaannya. Alan adalah orang yang keras kepala. Jika dia telah menentukan keputusan, sulit untuk merubahnya. Dia berharap Alan akan selamat.

Story Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang