22. Reveal The Secret

24.3K 2.4K 34
                                    

"Jadi Kakak sudah tahu Ibu di mana sekarang?" tanyaku lagi setelah bisa menguasai diri.

Kak Malik menggeleng. "Saya gak tahu. Bapak juga. Tapi kami tahu... Devira, temanmu itu adalah pengawal yang ditugaskan Ibu untuk menjagamu. Bu Della juga. Itu kakaknya. Mereka berdua direkrut Ibu untuk menjagamu di sekolah."

Aku terperangah. "Kak Devira? Bu Della?" ulangku tak percaya.

Anggukan Kak Malik membuat aku justru makin bingung. Aku benar-benar tak menyangka mereka bagian dari semua orang yang berusaha melindungiku. 

"Selama ini, di semua sekolah yang kau masuki, Ibu selalu memasukkan orang-orangnya. Sayangnya Ibu tak memberitahu Bapak, jadi setiap kali Bapak merasa curiga, ia akan memindahkanmu ke sekolah yang lain."

Tiba-tiba aku teringat orang-orang di sekolah-sekolah lamaku. Orang-orang yang dianggap Papa justru mencurigakan. Ibu guru di TK yang selalu memastikan aku benar-benar dijemput oleh pengawal suruhan Papa, Pak guru yang begitu protektif padaku hingga dikira teman-teman SMP-ku kalau ia menyukaiku. 

Ada juga penjaga sekolah yang sering mengawasiku dari jendela sekolah. Lalu satpam sekolah yang selalu memintaku duduk di pos jaga sebelum ada yang menjemput. Masih banyak lagi orang-orang yang selalu bersikap sangat baik padaku selama ini. Tapi baru ini aku tahu alasannya. Pasti mereka adalah orang-orang yang dikirim Ibu untukku.

"Kami juga baru tahu, Ayari. Dari Devira, ketika saya paksa untuk jujur," ucap Malik berusaha meyakinkanku.

Bibirku gemetar. Menahan tangis. Mendadak sebuncah rasa rindu memenuhi seluruh hatiku. Ibu... bahkan saat aku mengira ia sudah tiada, masih berusaha melindungiku. Aku mengerti, alasannya terlalu banyak hingga ia tak bisa bertemu denganku. 

Tapi aku hanyalah seorang anak, dan aku ingin bertemu Ibu. Ibu yang melahirkanku. Ibu yang pernah merelakan rahimnya menjadi rumahku selama sembilan bulan. Yang kuinginkan hanya melihat Ibu.

Tanpa banyak bicara, aku berdiri, keluar mencari Kak Devira. Orang yang kutahu bisa memberitahuku di mana Ibu.

"Ya? Ayari, kamu mau ke mana?" tanya Kak Malik saat aku melewatinya begitu saja. 

Aku tak perlu jauh-jauh mencari karena Kak Devira duduk di kursi batang kayu. Dekat tenda. Seperti menunggu. Ia berdiri, tersenyum saat melihatku keluar. "Ayari?"

Bergegas aku mendekat. "Kak, Ibu di mana? Ibuku di mana? Apa dia di sini? Apa ia di Indonesia?"

Mulut Kak Devira terbuka. Ia tampak kaget. Lalu melihat pada Kak Malik yang baru keluar dari tenda, menyusulku. 

"Kak, jawab aku! Ibuku di mana?" tanyaku mendesak sambil mengguncang tubuhnya.

"Sabar dulu, Ya. Sabar! Saya jelaskan. Denger dulu penjelasan saya!" kata Kak Devira sambil memegang kedua tanganku.

Kak Malik juga langsung merangkulku. Mencengkeram bahuku agar lebih tenang. "Duduk dulu. Kita duduk dulu. Devi udah janji akan jelaskan semuanya. Apapun yang kamu mau tanya, kami berdua akan jawab."

Aku menatap keduanya. Bergantian. Mencari kepastian. Mata mereka menjawabnya. Maka kuikuti saran Kak Malik. Duduk di kursi batang kayu bersama mereka berdua. Selama itu, tanganku menggenggam erat tangan Kak Malik. Mencari ketenangan.

"Ibumu akan ke Indonesia minggu depan, Ayari. Setelah semua urusanmu selesai. Ibu akan datang menemuimu. Sama sepertimu. Ibu juga gak sabar pengen ketemu. Kalau bukan demi keamanan kalian berdua, Ibu pasti sepertimu. Melarikan diri untuk melihat putrinya."

"Ibu sehat?" tanyaku memastikan.

Kak Devira mengangguk. "Ya, Ya. Ibu sangat sehat. Ia sepertimu. Selalu membuat kami kuatir karena sering mencoba menghubungimu," ujarnya menjelaskan sambil menepuk-nepuk tanganku. 

My Cool Bodyguard, Let Me Free! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang