Akhirnya masa ujian selesai sudah!
"Lo yakin gak ikutan kemping, Ya?" tanya salah satu temanku saat aku memasukkan alat tulis ke dalam tas.
Aku hanya menggeleng sambil tersenyum.
Sudah saatnya pulang, usai jam ujian berakhir tadi. Tapi hampir semua teman sekelasku tetap tinggal di kelas untuk membicarakan rencana mereka berkemah akhir pekan ini. Karena aku tidak ikut, tentu saja aku memilih pulang.
Siapa yang tak ingin pergi? Bahkan beberapa teman yang belum pernah ikut acara apapun di luar sekolah seperti sekarang, memilih bergabung.
Acara berkemah di Puncak ini sebenarnya bukan acara sekolah, tapi inisiatif dari seluruh murid kelas 12 saja.
Pihak sekolah memang tak lagi boleh mengadakan acara di luar gedung sekolah kecuali acara resmi seperti lomba atau kegiatan pendidikan.
"Aku pulang duluan, Min," pamitku pada Mindy.
Gadis itu mengangguk sekilas sebelum kembali bercuap-cuap membahas susunan acara. Aku hanya tersenyum masam.
Kak Malik sudah menungguku di luar. Meraih tasku dan membawakannya. Tumben. Biasanya mana pernah ia bersikap begini baik.
Mungkin karena saat itu ia kasihan padaku. Hanya aku yang keluar dari kelasku, bahkan anak-anak dari kelas-kelas 12 lain juga belum ada yang keluar.
Mereka semua membicarakan soal kegiatan liburan. Tentu saja, mereka betah bahkan jika harus berdiskusi sampai sore.
"Tahun ini ultahmu jatuh hari Minggu ya, Ya?" tanya Kak Malik membuyarkan lamunanku.
Aku melongok. Berpikir sejenak. Ah ya! Ulang tahunku sebentar lagi. 8 April. Kok aku bisa lupa? Karena ulangtahunku itulah, aku merencanakan sesuatu dengan Mindy.
"Udah ada rencana selain makan malam keluarga yang kemarin Bu Irna bicarakan? Mindy dan teman-temanmu yang lain kan liburan."
Aku mengangkat bahu. Tentu saja ada. Hanya Kak Malik tak perlu tahu.
"Jangan sedih, Ya! Saya bersedia kok nemenin kamu ke manapun kamu mau."
"Kita ikut kemping?" sambarku cepat.
Wajah Kak Malik berubah gelap dan dengan senyuman dipaksakan, ia menggeleng. "Maaf kalau itu saya gak bisa."
Bibirku mencebik. "Katanya tadi ... ke manapuuun."
Kak Malik terdiam. Kulangkahkan kakiku lebih cepat, lebih menghentak agar suara kekesalanku terdengar sebelum meninggalkan Kak Malik.
***
Sepanjang hari Jumat, aku menghabiskan waktu dengan berenang. Tak seperti biasa, kali ini aku tak ditemani kedua adikku yang bandel-bandel itu.
Mereka terkena flu, dan dilarang Mama berenang. Baguslah, ada yang harus kuamati dan sambil berenang, aku bisa melakukannya tanpa terlihat.
Saat aku berenang, tak ada pengawal atau staf boleh lalu lalang tanpa perintah. Hanya keluarga yang boleh, dan hanya Mama atau pengawal pribadiku yang boleh duduk mengawasiku.
Para pengawal lain hanya boleh berdiri di sekitar daerah pantai. Dan hari ini Mama sedang menemani kedua putranya. Tadi ia sempat ragu, tapi aku meyakinkan kalau aku berenang sebentar saja.
Larangan Papa ini memuluskan rencanaku.
Rencananya, aku akan melarikan diri melalui pantai. Walaupun ada pagar pembatas dari kayu ulin, tapi aku sudah melonggarkan dan melepaskan beberapa paku salah satu papan agar bisa terbuka dan memberikan jalan. Papan itu tetap tergantung di tempatnya, tapi sebenarnya bisa dibuka dengan mudah jika dimiringkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Bodyguard, Let Me Free! [TAMAT]
General FictionAyari Nayla Putri membenci pengawal barunya ini. Tak seperti puluhan pengawal yang pernah menjaganya, pengawal yang baru ini justru melakukan banyak hal yang sering membuatnya marah. Pengawal baru itu lebih mirip pengganti Papa dibandingkan berlaku...