23. My World is You ✅

23.6K 2.4K 44
                                    

Begitu melihat aku dan Kak Malik, kelima orang itu berdiri. Mereka tampak menghela nafas melihat kami berdua. Sangat lega.

"Finally, you are here," salah satu dari kelima orang itu membuka suara.

Aku mulai bisa melihat kalau empat diantara mereka adalah orang asing, hanya satu orang Indonesia. Dua orang asing berambut pirang dan dua lagi rambutnya berwarna gelap, entah coklat atau hitam. Sulit melihat dengan jelas dalam suasana gelap ini.

"Sorry to keep you waiting. This is Ayari. The child we talk about," kata Kak Malik yang maju lebih dulu sambil mendorong punggungku dengan lembut.

(TN: Maaf membuat Anda menunggu. Ini Ayari. Anak yang kita bicarakan)

"Halo, Ayari. Masih ingat saya?" kata pria Indonesia itu.

Aku melirik Kak Malik.

Kak Malik berbisik padaku, "Dia pengacara Pak Rahman. Pak Atmowijaya."

Ah ya, aku ingat dia sekarang. Pria ini selalu datang tiap bulan bertemu Papa dan aku. Selalu menyuruhku menandatangani sesuatu. Aku selalu melakukannya tanpa membaca atau berpikir.

Kukira semua itu hanya surat-surat biasa. Sekarang saat melihatnya di sini, ia pasti bagian dari semua urusan pengalihan copyright itu.

"Better we do it fast. Doni just informs me that they have been moved. We have to finish as soon as possible."

(TN: Lebih baik kita segera lakukan. Doni baru saja info ke saya kalo mereka telah bergerak. Kita harus selesaikan secepatnya.)

Walaupun Kak Malik menggunakan bahasa Inggris, aku mengerti maksudnya. Siapapun 'they' itu, ia sedang terburu-buru.

Semua orang mengangguk, dan Pak Atmo mengeluarkan dokumen tebal dari kopernya. Saat ia membuka dokumen itu, barulah salah satu dari orang asing itu menyalakan lampu ponselnya, memberi penerangan.

Sekarang aku bisa melihat ketegangan di wajah semua orang, termasuk Kak Malik.

"Where should I sign?" tanyaku sambil duduk berjongkok di depan meja teh.

Pertanyaanku membuat semua orang menatapku. Mereka tercengang melihatku malah ingin buru-buru menyelesaikan.

"Begini, Ayari... Saya harus jelasin dulu. Setelah kamu tandatangan ini berarti... "

"Berarti aku gak ada sangkut pautnya lagi sama urusan teknologi dan semua huru hara ini kan? Berarti aku aman, keluarga dan teman-temanku juga kan?" tanyaku memastikan.

Pak Atmo mengangguk. "Tapi apa kamu tahu apa yang bisa terjadi setelah kamu tandatangani? Kamu gak nanya dulu berapa mereka beli hakmu ini?"

Aku menggeleng. "Aku gak peduli, Pak. Berapapun, selama aku bisa memastikan seluruh keluarga dan teman-temanku aman. Di mana aku harus tandatangan?" tanyaku cepat.

Tanpa banyak kata-kata lagi, Pak Atmo menunjukkan lembaran-lembaran yang harus kutandatangi. Orang-orang asing yang mengelilingiku, juga mulai menandatangani di sebelah tandatanganku.

Salah satu dari mereka menunjukkan layar ponsel pada Pak Atmo, yang kemudian menunjukkan padaku. Terlihat ada angka-angka dalam kurs Euro di dalamnya.

Tapi aku hanya mengangkat bahu dan mengibaskan tangan. Menyerahkan semuanya pada Pak Atmo. Aku bahkan tak tahu berapa kurs Euro dibandingkan dengan Rupiah saat ini. Kupikir Papa atau Pak Atmo sudah memikirkan semuanya.

Salah satu dari orang asing itu berterima kasih padaku, dan ia berjanji untuk menggunakan teknologi itu hanya untuk kepentingan orang banyak.

"Sir, I am only a child. I haven't understood anything in this world. But please make sure, if this technology could help many children, do it for them! That's what I really hope."

My Cool Bodyguard, Let Me Free! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang