~ Qori Salahudin Malik ~
Saat Pak Rahman memanggilku, setengah memohon untuk menerima pekerjaan sebagai pengawal putrinya, aku tahu ini pasti bukan tugas yang mudah.
Sudah setahun aku tak lagi berminat lagi pada apapun yang berhubungan dengan kemiliteran. Aku seorang pemilik pertanian sekarang.
Menjaga kebun, sawah, mengurus bebek dan ayam, sesekali bermain dengan kuda-kudaku, jauh lebih mudah daripada berurusan dengan sesuatu yang paling kubenci. Kekerasan.
Memang, bayaran untuk menjadi bodyguard sangat lumayan, jauh dibandingkan hasil panen selama setahun.
Tapi aku sudah lelah lahir batin berkecimpung di dunia yang penuh ketidakpastian dan ketakutan.
Semua karena seseorang yang sangat kuhormati dan kusayangi. Ibu Kasih. Wanita tomboy tapi baik hati dan penyayang.
Istri pertama Pak Rahman yang dulu rutin mengunjungi panti asuhan tempatku berada. Wanita yang tak segan mengajari kami cara melindungi diri.
Aku mengenal Judo dan Kendo darinya. Ia baru berhenti melakukan itu ketika suatu hari datang dengan perut besar.
Katanya seorang adik perempuan akan datang pada kami. Ibu juga memintaku tinggal bersamanya setelah adikku lahir.
"Nanti kamu yang jaga adikmu ini."
Aku ingat setelah kelahiran 'adik' itu, aku seperti hidup di dunia mimpi.
Bagaimana tidak? Seorang anak yatim piatu yang tak tahu orangtuanya, mendadak tinggal di sebuah rumah besar bersama sepasang orangtua yang baik hati dan adik cantik bak malaikat. Aku menyayangi Ibu dan Bapakku, juga adik bayiku.
Dua tahun aku tinggal di dalam dunia mimpi itu, hingga terbangun saat mendengar teriakan dan jeritan dari rumah utama. Itu suara Ibu dan Bapak.
Rumah gelap gulita, suara barang pecah dan terlempar juga terdengar hingga ke kamarku.
Ada apa ini? Aku memilih bersembunyi di bawah tempat tidur karena takut.
"Jaga adikmu, Lik!"
Kalimat yang diulang-ulang Ibu setiap hari membuat keberanianku bangkit. Di tengah kegelapan, aku merayap menuju kamar bayi dan menggendong adikku itu menjauh dari rumah.
Apapun yang terjadi, aku akan melindungi adikku dan kami akan kembali setelah rumah kembali terang.
Aku membawa adik kecilku ke balkon kamar bayi, bersembunyi di sana sampai Bapak menemukan kami. Tanpa banyak kata, Bapak membawa aku dan adik ke mobil. Tanpa ibu.
Berjam-jam rasanya Bapak menyetir. Entah ke mana. Hingga aku tertidur, dan terbangun saat mobil Bapak sampai di sebuah pertanian.
Lebih dari 10 tahun sejak Ibu menghilang, barulah aku mulai mengerti. Sesuatu yang dibuat Ibu sebagai seorang peneliti, ternyata membawa bencana.
Malam itu, Ibu pulang dengan wajah pucat pasi dan tangan terluka. Bapak yang kebingungan, justru jadi marah karena Ibu justru bergegas menyiapkan tas dan paspor.
Sebelum berangkat, mereka bertengkar hebat. Ibu tak banyak bicara, hanya meminta Bapak menjaga Ayari sebaik mungkin karena akan ada orang yang mengejarnya.
Belum lagi Bapak selesai bicara, Ibu meninggalkan rumah begitu saja. Tak sampai setengah jam, beberapa orang dari perusahaan tempat Ibu bekerja datang dan menggeledah rumah termasuk bertanya di mana Ibu dan putrinya.
Untunglah aku sempat menyembunyikan adik, kalau tidak entah apa yang terjadi.
Bingung, kalut dan tak tahu apa yang terjadi, Bapak mengajak kami ke rumah lain sampai penyelidikan selesai. Sampai suatu hari Bapak memberitahu,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Bodyguard, Let Me Free! [TAMAT]
General FictionAyari Nayla Putri membenci pengawal barunya ini. Tak seperti puluhan pengawal yang pernah menjaganya, pengawal yang baru ini justru melakukan banyak hal yang sering membuatnya marah. Pengawal baru itu lebih mirip pengganti Papa dibandingkan berlaku...